Langit malam itu semakin kelam dengan kilatan sebagai penghiasnya, sesekali suara petir terdengar begitu memekakkan, itu terlihat ketika kau mulai menutupi telingamu dengan kedua tanganmu.
Rambutmu mulai basah , kau keluarkan handuk merah kecil untuk mengusapnya.
“Sampai kapan hujan akan berhenti ya..?” tanyamu
“Ahh entahlahhh..aku tidak tahu”.
Tak banyak kata yang keluar dari pmbicaraan malam itu, namun suara hati kita ehh tepatnya suara hatiku begitu menggebu,ingin sekali bercerita banyak tentang kamu, persahabatan dan cinta kita.
Hanya memandang rintik hujan sesekali tanganmu kau biarkan basah oleh rintkan air hujan
“Cobalah......!" Pintamu
“Ayooo coba..! ”
Akupun mulai menggulung lengan kemejaku lalu ku sodorkan telapak tanganku tepat dibawah rintik hujan
“Bagaimana rasanya....?”
“Dingin...." jawabku singkat
“Kamu tahu tidak, rintik hujan ini katanya air mata bidadari yang sedang sedih lho”ucapmu
“Masa sih?”
“Iya...saat ini bidadari sedang menangis sedih “
“Lalu apa yang ia tangisi? “Tanyaku
“ Entahlah....”
lalu ia berucap “ mungkin mereka merindukan pangeran yang tak kunjung datang”‘
“Ha ha ha….sang pangeran kodok..? ” bisikku
“ Ihhh….becanda aja…” sambil ia mencubit pinggangku
##
Cukup lama tangan kita basah oleh butiran air yang jatuh, kerut- kerut kulit jariku mulai mengkerut oleh dingin hujan.
“Aku tidak tahan dinginya..." kataku . lau sejenak ku tarik lengan dan mengeringkanya dengan kain kemejaku.
Kau pun melakakukan hal yang sama,” hihi.. dingin juga ya...” katamu
Lampu -lampu jalanan temaram terkena percikan hujan yang masih turun, kerlip lampu kendaraan pun saling memudar, namun ada keindahan, ada perasaan cinta yang aku rasa, namun entah apa yang kamu rasa malam itu aku tidak tahu.
Waktu berlalu, hujan masih sedikitmenyapa, sesekali hembusan angin malam mengusik kebersamaan ini, ada tanya…ada tawa..dan ada senyum indahmu malam itu.
Kau menyanyikan dan bercerita tentang nyanyian hujan malam itu, banyak hal yang mengusik hati , semua tentang hujan dan kamu.
##
Ia menutup buku harian merahnya hampir setengah jam yang lalu, lalu mulai menghabiskan waktu untuk membongkar kenangan masa lalu , catatan-catatan dalam buku harian merahnya adalah perjalanan cinta pertamanya dan tentanghujan.
Hujan di luar sana masih terdengar gemuruhnya tidak sederas yang lalu . Ia senang sekali duduk manis ditemani kopi hangat buatan sang istri dan buku bacaan di depan teras rumahnya.
Melihat hujan turun,menjadi rutinitas yang ia jalani setiap harinya, bukan tanpa alasan karena dari hujan lah cinta itu tumbuh, dari hujan lah getaran-getaran itu mulai hadir, dan ia akan selalu menyanyikan tentang nyanyian hujan yang ia ciptakan.
Berlama -lama menikmati rintik demi rintik air yang turun lewat sela-sela genting, suara angin sepoi merindu bak simfoni pelepas lelah, dan satu hal lagi yang ia suka harum tanah yang baru saja terguyur hujan adalah sebuah memori tentang cinta dan hujan.
##
“Ma sini sebentar ma" pintanya
Ia masih berdiri melihat rintikan hujan yang semakin deras, lengan kemejanya ia gulung dan dibiarkan telapak tanganya terguyur air hujan yang menurun
“Papa lagi ngapain ? "
“Ayo sini ma...”
“Mama masih ingat kan???”
Senyumnya manis sekali semanis tujuh tahun yang lalu...
“Malu ah pa..." katanya
“Sini,,,..”.pintanya,
Laki- laki itu kemudian menarik pergelangan tangan istrinya menuntun tangan kanannya dan menjulurkanya telapak tanganya di sela -sela rintik hujan yang menurun.
Mata mereka saling berpandang, lama dan senyum tersungging dari keduanya.
Ini cerita tentang perjalanan cinta dan tentang hujan kala itu diakhir desember.
“ I love u ma..." bisiknya
Jakarta , 5 januari 2015
Saatku memandang hujan turun melalui kaca jendela pagi itu….