“Tiga ingat, preman yang tauran di kampung bukan orang biasa. Mereka benar - benar terlatih” Tiga mencoba mengamati keadaan di sekitarnya dengan seksama sambil mendengar percakapan dari alat komunikasi. Keadaan semakin mencekam ketika mereka mengingat telah di serang oleh 20 orang yang menyerang pasukan pengintai. 5 orang berhasil tertangkap namun sisanya lari ke desa menggunakan kendaraan tanpa di ketahui masyarakat, bahkan belum ada kabar dari pusat komando. Dan yang bikin gilan Yanto anggota pasukan pengintai menghilang dari formasi. Mereka takut Yanto adalah penyusup di pasukan pengintai.
“Kapten Tiga, kembali ke markas. Besok pagi kau berangkat ke Thailand menemui Letnan Micheal” “Terus siapa yang akan menjaga posisi?” “Rawa akan menggantikan posisi” “Baik saya lepas posisi, ganti” “Dimengerti”.
Kapten Tiga pun harus kembali ke markas perlahan, mengikuti jejak yang harus ia lewati. Gelap malam sangat mencekam dan terorist tersebut sangat terlatih dan menguasai medan.
Di Batam suasana semakin kacau, mafia mulai beredar mencoba menguasai Kota. Shinta dan pasukannya harus mencari tempat berlindung dan kepolisian belum bertindak karena harus memahami keadaan. Cerita tentang yanto pun sampai di kuping mereka. Para mafia beredar dari pagi hingga malam mengelilingi Kota tanpa ada orang yang tau.
“Nadia cepat tidur, besok kau harus sekolah” ucap bapak Nadia suami dari Shinta. Keadaan di Bandung saat itu masih merasa trauma dari kejadian tersebut. Jalanan sangat sepi karena mereka takut dengan aktifitas para Terorist.
“Hahaha.. mereka benar - benar kewalahan” ucap salah satu orang yang bersembunyi dibalik bayangan. “Mereka fikir, kita tidak bisa memindahkan uang receh ini?”. “Bagaimana dengan naga emas? apakah sudah bertemu dengan bayi kita?” “Tentu saja sebentar lagi mereka akan ke Thailand, mereka akan mengaku sebagai ketua mafia naga hitam dari indonesia”.
Malam pun berganti, semua orang berharap gelap ini dapat segera berganti. Di pelabuhan ombak terasa sangat tenang. Perahu - perahu bergoyang kecil ke kiri dan ke kanan seolah - olah alam telah menggerakan waktu yang sangat pelik tersebut. Kapten tiga dan pasukannya bergerak menaiki kapal kontainer untuk segera berlabuh di Thailand.
“Hendro, naga hitam memang luar biasa” ucap salah satu pengusaha yang sedang berkumpul di salah satu rumah terbesar di Jakarta. “Memang, iya memiliki ambisi yang sangat besar. Tapi aku tidak tau ia akan bergerak sejauh itu”.
Semua pasukan Polisi dan Militer masih berjaga memahami perubahan dan perkembangan tersebut. Seluruh warga Indonesia mengharapkan kabar tentang perampokan terbesar tersebut. Namun tidak hanya angin, bau pun tidak tercium.
Di pagi hari ada berita di TV tentang perampokan dan pembunuhan salah satu pengusaha di Indonesia. Hal tersebut di duga karena keterkaitannya dengan kasus korupsi pengadaan nikel di Indonesia. KPK dan Polisi mencoba mengusut hal tersebut. Namun bukti belum bisa ditemukan.
Rencana Terorist tersebut sangat terstruktur. Semua element dimanfaatkan untuk mencuri dan menguasai Indonesia dalam sekejap. Bahkan kerusakan pada struktur Militer dan Kepolisian mereka manfaatkan menggunakan wanita dan narkoba.
“Apa kau sadar Tiga? Kenapa mafia Naga Hitam belum tertangkap sampai saat ini?” salah satu pasukan bertanya pada Kapten Tiga.
Lautan begitu tenang, awan bergelombang menandakan langit sangat terik dan panas. Sesampai di Thailand Tiga langsung bergegas menggunakan mobil hitam menuju salah satu mansion terbesar di Thailand. Banyak wanita yang sudah berkumpul disana, mereka menggunakan bikini sambil berjoget mendengarkan lagu.
“Tiga, disini kau mengerti? Saat ini kau adalah ketua Naga Hitam dari Indonesia. Kamu harus berbicara tentang pembelian narkoba”.
Thailand sangat terik saat itu, semua berjalan seperti tidak terjadi apa - apa. Pasukan pengintai pun disuruh memberikan pesan pada Naga Emas untuk membeli narkoba. Jalan hiburan malam begitu mencekam, seperti mereka sudah tau kedatangan Kapten Tiga untuk memahami keadaan. Para wanita mencoba menggoda pasukan pengintai untuk membuat pasukan pengintai salah langkah.
Hampir 50 meter gang sempit di tempat hiburan malam tersebut terdapat tong sampah dimana pemesanan transaksi narkoba biasa dilakukan. “ia pun melemparkan sebuah zippo khusus berwarna emas kedalam tong sampah, dan memberikan lokasi mansion yang harus dikunjungi atas nama Naga Hitam”
Malam pun berganti, riuh suasana Thailand menidurkan seluruh masyarakat Thailand. Ke esokan pagi, Naga emas pun mendapatkan note pemesanan. “Hahaha.. mereka mencoba membeli narkoba. Naga hitam memang pintar.. tanpa kita meminta komisi dari perampokan tersebut kita tetap mendapatkan uang dari orang tolol tersebut”
Kegilaan ini sangat mendalam, semua masyarakat tidak menunjukan tanda - tanda aneh. Bahkan di Indonesia semua terasa tenang. Seolah - olah semua sudah dipastikan berjalan sesuai keinginan Naga Hitam. Kapten Tiga pun bingung dengan konfirmasi tersebut. Saat ini ia harus pulang hanya untuk membawa narkoba. Kapten Tiga pun melapor bahwa Thailand sulit di ajak bekerjasama.
Satuan kepolisian pun harus mengedarkan berita bahwa terjadi penggerebekan narkoba di pelabuhan merak, Mereka memberitakan bahwa mafia Naga Hitam mencoba menyeludupkan narkoba di Indonesia.