Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana Pilihan

Tak Ada Lagi Cinta

1 Mei 2023   19:58 Diperbarui: 1 Mei 2023   20:02 348 19
Semua bermula dari perubahan sikap Reihan. Lelaki muda berusia 35 tahun itu meskipun telah memiliki 2 putri tapi tingkahnya masih seperti ABG yang baru mengenal cinta. Bersolek dan berdandan tanpa peduli layaknya pria metroseksual.

"Mas, mau ke mana? Kamu rapi dan wangi banget, hendak menemui siapa?" tanya Cinta, wanita berusia 30 tahun.

"Ah, sudahlah! Urus aja urusanmu sendiri. Aku juga bisa bersenang-senang tanpamu, dengan teman-temanku sendiri," balas Reihan.

Cinta yang mulai kegerahan dengan perubahan itu ikut bertingkah pula. Bak nyonya besar yang banyak uang, setiap hari dan setiap waktu ia menghabiskan uang demi mencari kebahagiaan sendiri. Terkadang, saat kedua putrinya sekolah Cinta hangout bersama teman-temannya. Jika waktu menjemput tiba, Cinta baru pulang.

"Agna, mau makan apa malam ini, Sayang? Sekalian Mama pesankan makanan untuk nanti malam," tanya Cinta pada Agna putri pertamanya.

"Agna mau piza boleh kan, Ma? Yang ada sosisnya?" tanya gadis kecil itu.

"Boleh saja, Sayang. Agna dan adik minta apa saja pasti Mama belikan. Asal nurut sama Mama, ya!"

"Nanti kalo dimarahin Papa gimana, Ma? Kan Papa suka marahin Mama," tanya si kecil Bella.

"Tenang saja. Asal kalian nurut sama Mama pasti nggak akan kena marah Papa. Oke?"
Ketiganya lalu berpelukan.
***

Meski sudah sepuluh tahun menikah, Cinta merasa belum bisa diterima di keluarga Reihan dengan baik. Dia selalu dibandingkan dengan iparnya yang lain. Selalu ada kesalahan-kesalahan yang terjadi untuk memojokkan Cinta.

"Mau kamu apa sih, Mas? Aku harus bagaimana? Apa aku harus seperti Mbak Tia iparmu? Apa-apa nurut sama ibumu? Aku kan juga punya cara sendiri merawat keluargaku. Jangan dibandingkan, dong! Beda kepala beda isi, Mas!" protes Cinta.

"Kamu memang susah diatur, perempuan itu harus nurut sama suaminya! Sampai kapan pun, aku tetap anak Ibu. Aku nggak mungkin menolak perintah Ibu! Paham kamu?" bentak Reihan.

"Tapi aku punya cara sendiri untuk menyayangi keluargaku. Aku punya cara sendiri mengatur rumah tanggaku ...!"

"Sudah! Jangan ngeyel! Selamanya kamu nggak akan mau nurut sama aku! Terserah! Aku sudah muak dengan sikapmu!"

Reihan berlalu dari hadapan Cinta. Sementara, wanita itu hanya berdiri termangu atas keadaan yang terjadi. Ia tak dapat berkata apa-apa lagi.

Ternyata, bukannya menunjukkan kebaikan dan kesabaran, Cinta malah bertindak gegabah dengan berbuat semaunya di depan ibu mertuanya. Orang tua mana yang tidak kecewa saat melihat anaknya diperlukan tidak baik oleh menantunya.

Saat Reihan pulang dari kantor, bukannya sambutan mesra dari sang istri dan minuman hangat yang disediakan, Cinta malah berangkat ke sanggar senam. Hal itu sengaja dilakukan Cinta untuk membalas perlakuan Reihan yang tidak mengizinkan Cinta masuk kamar utama lagi. Sudah dua bulan Cinta tidur di kamar anak-anak, Reihan melarangnya tidur di kamar utama dengan alasan capai, butuh waktu dan ruang sendiri.

"Cinta, suamimu baru pulang. Harusnya kamu sambut dulu, siapkan minuman dan makanan, dia pasti lelah," tutur ibu mertua Cinta.

"Mas Reihan bisa ambil sendiri, Bu. Dia sudah biasa tidak dilayani. Paling-paling makannya juga malam," jawab Cinta sambil berlalu. Ibu Reihan hanya mengelus dada melihat tingkah menantunya.

Perselisihan makin sering terjadi, tidak ada yang mau mengalah karena masing-masing bertahan pada egonya sendiri. Cinta tidak mau disalahkan atas kondisi rumah yang berantakan. Dengan alasan pembantu yang tak becus mengurus rumah dan uang belanja yang kurang. Atau karena mertua terlalu ikut campur mengatur rumah tangga mereka.

"Apa aku salah? Salah sendiri Ibu tinggal di sini! Sudah tahu menantunya ini pemalas masih saja ingin menetap di sini. Suruh saja ke rumah kakakmu! Aku juga sudah bosan diatur-atur!" Cinta tidak segan berkata begitu di depan suami dan mertuanya.

Sementara, Reihan pun bersikeras bahwa semua karena Cinta terlalu sibuk dengan dirinya sendiri. Uang belanja yang diberikan tiap bulan selalu habis digunakan untuk foya-foya. Bahkan, untuk kebutuhan membayar beberapa kartu kredit pun masih menggunakan uang perusahaan.  

"Apa-apaan kamu, Cin? Uang belanja 15 juta habis, belum lagi tagihan kartu kreditmu berjuta-juta pakai uang kantor. Belanja apa saja kamu?" bentak Reihan suatu hari.

"Kenapa? Kamu lebih memilih wanita lain yang kamu belanjakan daripada istrimu sendiri? Lebih baik kamu habiskan uang untuk anak-anakmu kan daripada simpananmu?" Cinta mengelak.

"Aku tidak punya simpanan. Jaga mulutmu! Uang kantor habis karena tagihan kartu kreditmu, paham kamu?"

Kondisi bisnis Reihan yang tidak stabil akhir-akhir ini pun turut menambah permasalahan. Beberapa proyek besar yang diharapkan lepas. Kerja sama yang selama ini telah terjalin dengan baik bersama beberapa mitra kerja tidak lagi diperpanjang.

Reihan makin limbung. Dia mencurahkan isi hatinya kepada Ibu dan keluarga besarnya, yang notabene tidak suka dengan Cinta dari awal pernikahan mereka. Cinta dinilai terlalu materialistis.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun