Sebagai makhluk sosial, manusia tak bisa lepas dari keberadaan manusia lain. Kita saling membutuhkan dan saling melengkapi. Ada yang memang ditakdirkan untuk menerima, ada juga yang ditakdirkan selalu bisa memberi.
Bahwa hidup itu terus bertumbuh. Kita tidak tahu nasib kita setelah detik ini akan seperti apa. Semua masih misteri.
Untuk bisa berbagi dan bermanfaat bagi orang lain, kita tidak harus menunggu kaya. Apa yang akan kita bagikan memang berkaitan dengan materi, tetapi untuk bisa membagikannya tidak harus menunggu banyak. Jika yang kita punyai sudah terasa cukup, saat itulah kita harus berbagi.
Kisah ini masih menjadi inspirasi saya hingga hari ini.
Waktu itu, saya mendapat panggilan kerja di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang furnitur dan desain interior. Di usia saya yang terbilang sudah sulit untuk mencari pekerjaan lagi, ternyata saya masih diberi kesempatan untuk memperkuat tim marketing pada perusahaan tersebut. Setelah melalui tahap interview, saya diterima, dan setuju dengan aturan serta semua kompensasi yang akan diberikan.
Keesokan hari, saya dan dua orang pegawai baru menjalani masa training. Pimpinan perusahaan sendiri yang langsung memberikan materi sekaligus memperkenalkan semua karyawan serta kedudukannya masing-masing. Hanya beberapa staf saja yang ada di kantor itu, yang lain lebih banyak karyawan bagian lapangan yang bertugas memasang desain di tempat customer. Kebetulan antara kantor dan ruang workshop (tempat pembuatan furnitur) berbeda lokasi.
Kesan pertama saya, perusahaan itu baru dirintis beberapa tahun terakhir, tetapi perkembangannya sangat pesat. Hal itu terlihat dari jumlah karyawan yang hampir 40 orang (berdasarkan informasi Pak Bos saat semua berkumpul di kantor). Saya yang awalnya sedikit pesimis jadi langsung optimis dan berharap bisa bertahan lama di perusahaan itu. Bagi saya, masih ada prospek ke depan jika perusahaan terus berkembang.
Setelah beberapa hari bekerja, tepat di hari Jumat, perusahaan bermaksud menyelenggarakan pesta ulang tahun. Acaranya mengundang salah satu panti asuhan agar berkenan mengirimkan anak-anak asuhnya. Semua karyawan pun wajib datang ke kantor untuk bergabung dalam doa bersama. Aktivitas perusahaan dihentikan sementara untuk setengah hari itu, guna berkumpul, makan bersama, dan berdoa demi kemajuan perusahaan.
Saya yang belum seminggu bekerja di sana terharu. Bos muda yang usianya saat itu belum genap 34 tahun saja sudah memiliki sekian banyak karyawan dan dengan cara berbeda pula usahanya untuk memajukan perusahaan. Sekadar diketahui, perusahaan tersebut bukan perusahaan milik keluarga, perusahaan itu murni didirikan oleh Pak Bos selepas kuliah dari sebuah perguruan tinggi negeri. Belum genap empat tahun berdiri.
Ceritanya, bermula dengan mencoba suatu desain furnitur, ternyata menarik minat tetangga dan saudaranya. Akhirnya banyak yang pesan. Dari situlah dia memutuskan untuk memproduksi furnitur lain hingga usaha coba-coba tadi berbuah menjadi berdirinya sebuah perusahaan dengan beberapa karyawan.
Bisa jadi, semua terwujud atas usaha dan doanya dikabulkan Allah. Sebab, selain sedekah yang selalu dikeluarkan untuk memberi makan sejumlah anak yatim di panti asuhan setiap hari Jumat, perusahaan tersebut mewajibkan karyawannya membaca doa dan membaca kitab suci Al-Qur'an setiap pagi, walau hanya satu ayat. Hal itu dilakukan saat briefing pagi.
Jam kerja yang dimulai pukul 8.00 tepat hingga pukul 17.00 itu, tiga puluh menit awal digunakan untuk berdoa dan membaca Al-Qur'an, bergantian bagi semua karyawan yang ada di kantor. Selanjutnya, jika memang tidak ada masalah yang harus dibahas dalam briefing maka kegiatan selanjutnya adalah kembali ke meja masing-masing untuk menyelesaikan pekerjaan. Bila ada yang ingin melanjutkan salat Duha, Pak Bos tidak keberatan sama sekali. Baginya, kepentingan dunia harus sebanding dengan bekal urusan akhirat kelak.
Beberapa proyek besar yang pernah dikerjakan sebelumnya membuahkan hasil yang baik. Perusahaan mendapatkan untung yang lumayan. Namun, keuntungan itu tidak semata-mata masuk ke kantong pribadinya. Beberapa karyawan yang loyal dan bagus kinerjanya diikutkan kursus, seminar, atau pelatihan untuk menambah skill dan wawasan yang ada kaitannya dengan kemajuan perusahaan.
Untuk bagian keuangan, karyawan yang berkompeten diikutkan pelatihan manajemen dan tata kelola keuangan perusahaan. Untuk bagian desain, didatangkan instruktur khusus untuk mengajari cara membuat desain terbaik dengan program terbaru. Sedangkan untuk marketing, diikutkan juga pada seminar-seminar yang berkaitan dengan pemasaran, agar marketingnya percaya diri dan mampu menjual lebih banyak.
Salah satu yang mendapat kesempatan emas itu adalah saya. Sungguh suatu keberuntungan yang sangat-sangat istimewa dan belum pernah saya angankan sebelumnya. Bagaimana tidak, saya diikutkan seminar Financial Revolution yang pematerinya adalah Tung Desem Waringin (TDW).
Seperti yang kita ketahui, untuk bisa ikut seminar ini sehari saja berapa biaya yang harus kita keluarkan. Terlebih bagi kantong saya yang jarang menggelembung, hihihi. Nah, ini saya diikutkan seminar tiga hari. Senang sekali bukan?
Beruntungnya lagi, bukan hanya sekali, saya diikutkan seminar lain yang biayanya juga nggak murah bagi saya, Top Coach Indonesia. Sungguh, pengalaman mahal yang saya dapatkan, dari perusahaan yang boleh dibilang masih merintis, tetapi mau berkorban. Dan belum tentu kesempatan itu saya dapatkan dari perusahaan lain yang mungkin lebih besar.
Bagi saya, kesan yang masih membekas dari perusahaan tersebut adalah, Pak Bos yang saleh dan baik hati, sangat gemar sedekah dan berbagi, bukan hanya materi tetapi juga ilmu. Keuntungan yang seharusnya bisa dia nikmati bersama anak dan istrinya malah dibagikan untuk meningkatkan ketrampilan karyawannya, dengan harapan bisa memajukan perusahaan.
Tak jarang juga, kami diberi hak dan jatah untuk "Entertainment". Sekali dalam sebulan kami diberi jatah uang untuk berkaraoke bersama teman sekantor atau sekadar makan bersama. Baru di sini saya menemukan kenyamanan kerja yang benar-benar beda.
Saat Ramadan tiba, jatah Entertainment digunakan untuk buka bersama, juga mengundang ustaz atau anak yatim dari panti asuhan. Dan jumlahnya lumayan, lho. Saya salut dengan cara Pak Bos berbagi. Sepertinya lelaki paling dermawan adalah beliau, begitu penilaian saya waktu itu.
Namun sayangnya, beberapa bulan setelah itu, perusahaan diterpa angin kencang dan badai yang sangat mengancam dan memorak-porandakannya. Seolah kapal yang sedang berlayar tenang, tiba-tiba dibuat oleng dan seolah tak bisa bertahan lama hingga akhirnya runtuh.
Godaan uang yang banyak bagi seorang laki-laki muda dan tampan ternyata tak mampu dihadapi si Bos Muda yang baik hati. Kebiasaannya berbagi materi ternyata juga diikuti dengan berbagi hati. Keinginan untuk berpoligami tak bisa dihindari. Manusiawi.
Satu per satu proyek besar yang digadang-gadang lepas. Suasana kantor jadi tegang manakala istri Pak Bos datang ke kantor setiap hari. Sedangkan Pak Bos sendiri jadi jarang ke kantor dan entah pergi ke mana.
Satu per satu juga kenyamanan kerja jadi hilang seiring dengan pengunduran diri beberapa karyawan secara bergantian, termasuk saya. Bukan berarti lari dari komitmen awal atau tidak bertanggungjawab, tetapi juga untuk menyelamatkan perusahaan yang hampir tenggelam. Saya bersedia mengundurkan diri agar perusahaan bisa memperbaiki keadaan, dan bersedia mengabdi lagi ketika dibutuhkan.
Namun sayang, kabar terakhir yang saya dengar, perusahaan tersebut tutup, Pak Bos jadi bercerai dengan istrinya dan menikah lagi dengan wanita lain. Sungguh sayang sekali.
Semoga apa yang telah Bapak bagikan selama ini berbuah kebahagiaan, ya, Pak. Semoga sedekah yang Bapak lakukan menjadi amal jariah yang kelak akan Bapak panen di akhirat. Semoga Bapak bisa belajar banyak dari peristiwa masa lalu. Teriring Al-Fatihah untuk Bapak, semoga selalu bahagia bersama keluarga. Aamiin.