Mohon tunggu...
KOMENTAR
Hobby Pilihan

Jadi Penulis? Apa Istimewanya?

24 Juni 2020   15:05 Diperbarui: 24 Juni 2020   15:15 107 26



Pertanyaan-pertanyaan seperti di atas yang membuat saya memutuskan belajar literasi. Itu pun tidak serta merta saya lakukan karena masih mempertimbangkan biaya.

Berawal dari sebuah iklan yang saya baca di laman facebook, sangat menarik minat saya untuk belajar literasi. Dengan modal niat belajar dan menambah pengalaman, saya pun memberanikan mencari informasi biaya dan lainnya.  

Setelah mempertimbangkan segalanya, barulah saya mendaftar kursus untuk belajar literasi, minimal agar bisa menuliskan kisah hidup saya sendiri. Bersyukur bila bisa lebih lagi dan menjadi penulis terkenal sekelas Asma Nadia. Berharap boleh kan?

Singkat kata, saya mulai bergabung dengan komunitas menulis pada awal Januari 2019. Dengan modal awal teori dasar-dasar menulis, saya mencoba bergabung dengan komunitas menulis lain.

Belajar membuat antologi cerpen, puisi, mengikuti event yang diselenggarakan suatu komunitas dan bergabung dalam beberapa grup kepenulisan.

Semakin banyak dan berkembang wawasan saya. Teman pun semakin banyak dan pengetahuan pun bertambah. Hanya bisa bersyukur, saya bisa merasakan nikmat yang  tak pernah bisa dihitung.

Saya pun mulai paham beberapa jenis karya tulis, teori menulis yang lebih baik lagi, dan bagaimana cara mengembangkan tulisan agar bisa lebih baik lagi. Namun, semua butuh waktu untuk berproses.

Sempat juga mengikuti kursus editor, baik yang berbayar maupun yang gratisan, intinya, saya hanya ingin menambah kemampuan saya menulis. Setidaknya bisa mengedit tulisan saya sendiri.

Sekali waktu, saya pernah diberi kesempatan menjadi editor untuk naskah antologi cerpen teman-teman dengan tema horor. Hal yang tak pernah saya lakukan sebelumnya, membuat cerpen horornya saja belum pernah tetapi malah dipercaya jadi editor.

Atas dukungan beberapa teman untuk mencoba dan terus mencoba, berhasil juga naskah terkumpul dan tersusun dalam sebuah buku dengan judul Dua Dimensi. Ya, karena memang kami menuliskan cerita dari dua dimensi dunia yang berbeda.

Ada kepuasan tersendiri ketika ilmu yang kita miliki bisa bermanfaat bagi yang lain. Dan dengan begitu saya bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas.

Menjadi penulis itu sangat banyak kelebihannya, kita bisa menceritakan pengalaman kita sendiri atau pengalaman orang lain. Kita juga bisa mempengaruhi pikiran orang lain melalui tulisan kita. Selain itu, kita bisa dikenal melalui karya-karya kita.

Meskipun tidak semua penulis mendapatkan kesempatan yang sama. Setidaknya jika mereka mau berusaha dan mencoba, tak ada sesuatu yang sia-sia. Terlebih jika itu adalah buah pikir kita.

Dengan banyaknya informasi yang kita terima, banyaknya pengalaman yang kita dapat, merupakan modal bagi kita untuk bisa menuangkannya dalam karya yang lain. Tetap harus diasah dan diarahkan agar hasilnya bisa maksimal.

Dengan menulis kita akan memuaskan diri sendiri melalui karya yang kita ciptakan. Menuangkan perasaan, mengekspresikan diri, dan berimajinasi sesuai dengan isi yang ada di kepala. Sah-sah saja bukan, selagi tidak melanggar norma yang ada.

Jika kita bisa mengembangkan diri lagi, menulis juga akan mendatangkan pundi-pundi rupiah, lho. Kita bisa mendapatkan royalti dari karya yang kita cipta. "Kalau rezeki, mah, nggak akan kemana."

Nah, kalau menjawab pertanyaan bagaimana caranya bisa menjadi penulis yang baik, mari kita sama-sama belajar, karena saya pun masih belajar dan terus belajar.

Saya terdampar di  Kompasiana ini pun juga dalam rangka belajar, bersyukurnya terdampar di tempat yang mengasyikkan. Banyak teman yang berkenan berbagi ilmu, diberi kesempatan menulis di beberapa kanal, dan masih diberi reward lagi. Asyik kan?

Jadi, tetap semangat mencari ilmu dan mengembangkan diri sesuai kemampuan. Jangan terlalu ngoyo, juga jangan terlalu loyo. Oke, sudah siap jadi penulis?

Semoga bermanfaat.

Sidoarjo, 24 Juni 2020
Any Sukamto

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun