Kalau saya sendiri terbiasa mulai sibuk setelah salat Asar. Menanak nasi, merebus air, memasak sayur dan lauk hingga menyajikannya di meja makan. Minuman hangat atau dingin yang jadi pilihan, juga kudapan untuk takjil, semua harus terhidang sebelum azan Magrib.
Tak jarang, masih ada sisa waktu tiga puluh menit hingga satu jam menjelang Magrib. Untuk mengisi kekosongan waktu tersebut, biasanya saya mulai pegang HP. Bisa saya manfaatkan untuk mengedit naskah atau bisa juga mulai mengetik ide baru. Atau kirim-kirim gambar melalui status dan menjawab beberapa pesan masuk yang menanyakan suatu produk dagangan saya. Intinya, melakukan pekerjaan ringan yang bisa dikerjakan dalam waktu singkat dan menghasilkan uang.
Terlebih akhir-akhir ini, Kompasiana mengadakan event untuk memeriahkan Ramadan. Pas sekali mometnya, jadilah ngabuburit diisi dengan mengetik untuk mengikuti event SAMBER. Mulai dari mencari ide yang akan ditulis, data pendukung juga ilustrasinya.
Ngabuburit bisa beda arti bagi tiap orang. Ukuran kreatif atau tidaknya tentu juga tidak sama. Membalas chatting teman bisnis bisa jadi tidak kreatif bagi editor, tetapi bagi pebisnis itu waktu yang sangat bagus untuk tawar menawar harga.
Jadi, bagi saya ngabuburit yang kreatif adalah ngabuburit yang produktif bahkan bisa menghasilkan duit. Bagaimana dengan Anda?