“Banyak sekali belanjaan hari ini, apakah akan ada pesta?” tanya lelaki penghuni apartemen depan.
“Oh, tidak. Hanya untuk persediaan saja,” jawabku ramah.
“Apa boleh suatu hari aku diundang, untuk mencicipi masakannya?” Kembali ia bertanya.
“With my pleasure!” Sebuah senyum kuhadiahkan, dia lalu pamit.
Setelah semua barang kumasukkan dalam lemari pendingin, aku kembali pada laptop yang masih menyala. Waktu masih tersisa untukku menyelesaikan setengah artikel lagi. Kucermati kembali kata per kata yang telah tertata.
Usai mengirim naskah, tak berapa lama sebuah notifikasi masuk. Ternyata dari salah satu pembaca artikelku, layaknya yang lain dia juga mengirimkan salam. Tak ada yang aneh lagi jika sesama penulis saling menyapa lewat tulisan.
Namun, ada yang menggelitik di pikiranku. Kata-kata yang disampaikan dalam komentarnya seolah menunjukkan ia sangat mengagumiku. Penasaran dengan nama tersebut, kubuka artikelku yang lain. Ternyata dia memang selalu mengapresiasi setiap tulisanku.
Kucoba menulis sebuah puisi pendek, seolah aku sedang jatuh cinta dan selalu mengharap kehadirannya. Akan kuposting untuk melihat reaksinya, apakah masih sama ketika ia membaca tulisan tentang kesendirianku?
Untukmu