Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Cerpen | Bukan Pinus Biasa

17 Maret 2020   09:43 Diperbarui: 17 Maret 2020   09:42 69 7
Bukan Pinus Biasa

Pagi itu, saat upacara  pemberangkatan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah, aku tak melihat Rama di antara para senior.

"Kenapa, Mel? Celingukan, seperti angsa nelan truk aja!" tanya Tina.

"Emang tu angsa dari  negeri mana?  Ngemilnya aja truk," elakku sebel.

"Cari Rama, ya?"

"Pakek nanya lagi." Sambil kulempar kulit manggis ke wajah Tina.

"Eeiit ...," Tina mengelak. Walhasil, kena kepala Kak Indah yang berdiri di belakangnya.

Dia memandangku dengan wajah wereworf di bulan purnama. Membuatku merinding.

"Ciiee! Dia kepala suku, pasti ikut. Nggak boleh ketinggalan. Kamu suka, ya?" Setengah berbisik Tina balik bertanya.

Rombongan berangkat usai Kepala Sekolah memberi wejangan panjang lebar --sepanjang pesisir Indonesia. Hanya dua barisan dari depan yang rapi, sisanya di belakang berkerumun seperti emak-emak mengocok kertas arisan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun