Ngomong-ngomong saya seperti orang marah tanpa sebab ini, oke saya akan jabarkan sebabnya. Baru saja saya menyimak salah satu headline berita di televisi yang mengungkap pertemuan misterius Nazarudin dengan adiknya yang kebetulan anggota komisi 3 (hukum), yakni M. Nasir di area rutan Cipinang. Kala itu juga tampak jajaran entah dari demokrat entah dari jajaran DPR juga yang turut hadir dalam pertemuan itu. Tapi sejatinya bukanlah pertemuan itu yang dipermasalahkan, justru malah sikap Wakil kementrian hukum dan HAM, Deny Indrayana.
Deny kala itu seperti getol sekali melakukan sidak ke rutan untuk mengecek keadaan, dan pertemuan antara si Nazar dengan adiknya itu kebetulan kepergok oleh Deny dan oleh Deny video cctv yang merekam pertemuan itu di publish oleh Denny. Deny menganggap terdapat konspirasi pada pertemuan tengah malam yang mendadak itu. Dianggap melakukan pencitraan (sekarang kata ini mulai tren) maka perlakuan Deny itu otomatis memantik murka pengacara si Nazar, yakni si Hotman Paris ini. Hotman seperti muntab di televisi, dia menganggap pemeriksaan Nasir telah usai dan clear, jadi buat apa nazarudin berkonspirasi dengan objek yang sudah "tak dibutuhkan"
Oke-oke, memang setelan pengacara memang harus 'sok" kritis seperti itu dan saya paham. Tapi mbok ya lontaran opininya dijaga, kala itu Hotman berkata kurang lebihnya seperti ini "Ya memang pak Deny hanya cari sensasi saja di televisi. Buat apa Nazarudin berkonspirasi dengan Nasir yang perkaranya sudah selesai. Dia juga sering sekali sidak ke rutan, buat apa coba. Lebih baik pak Deny jadi satpam aja buat njaga tahanan, mungkin lebih cocok"
Oalah Hotman...Hotman, bocah Tulungagung kelas 5 SD yang sekolah di madrasah saja mungkin jauh lebih bisa bertutur dengan andap ashor dan jauh lebih "berpendidikan' dibanding tuan Hotman yang terhormat dan berpendidikan. Inilah disaat egosentris dari seorang praktisi intelektual menggelayuti hatinya jauh lebih erat daripada rasa rendah diri. Seharusnya orang yang mengerti tentang hukum juga harus mengetahui landasan ideologi dan memaknainya, tak hanya tahu saja. Harus tahu sejarah pula. Bagaimana bisa seorang yang "hanyalah" pengacara menghina wakil pemimpin seperti itu.
Hei Hotman, Indonesia tahu kau adalah seorang intelek yang oke punya, 10 tahun gaji guru PNS golongan III A dengan sertifikasi mungkin hanya mampu membeli satu buah mobil supersport mu, tapi tolong jangan mendeskreditkan secara nista wakil menteri maupun kakaran pemimpin negara lainnya. Oke mungkin seorang Hotman pnya keyakinan agama lain yang bukan Islam, Jadi mungkin beliau mungkin tak tahu anjuran Rasul yang berasal dari firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 59, yang berbunyi, 'Hai orang-orang yang beriman, ikutlah Allah, Rasul, dan orang yang mengurus pekerjaan diantara kamu. Kalau kamu berbantah-bantah tentang sesuatu (perkara), hendaklan kamu kembalikan kepada Allah dan rasul, jikakamu beriman kepada Allah dan hari yang kemudian. Demikian itu lebih baik dan sebaik-baik jalan"
Kalau malas membaca semua ayat diatas, baca saja kalimat yang saya tebali. Yang dimaksud oleh kalimat yang berhuruf tebal diatas adalah pemimpin, ada yang menyebutnya ulil mari. Nah, meski pak wakil menteri bukanlah pemimpin puncak negara ini, tapi kalau kita telusuri kementrian adalah perwakilan presiden yang menangani sub-sub permasalahan utama negeri ini. Dan Kementrian juga bisa dikatakan pemimpin, mulai dari menterinya maupun wakilnya. Mereka menjadi pembantu presiden dalam mengurus salah satu persoalan rakyat , antara lain permasalahan hukum, ekonomi, budaya dll. Nah berarti pak wakil menteri juga termasuk orang yang harus kita hormati lan kita gugu sebagai pemimpin. Mau diapakan ibu pertiwi ini kalau jajaran pemimpinnya sudah dihina oleh rakyatnya sendiri. Apalagi yang menghina orang berpendidikan yang seharusnya tahu bagaimana bersikap layaknya orang yang berpendidikan.
Saya jadi teringat film Hongkong , "Bodyguard and Assassins". Pada film ini diceritakan Dr. Sun Yat Sen yang kita ketahui sebagai pionir revolusi China harus menghadapi lecutan yang bertubi-tubi dari penguasa rezim Dinasti Ching yang sedang berkuasa dan sedang dalam proses penggulingan yang dipimpin oleh sang Dokter sendiri. Penguasa saat itu mengirim puluhan bahkan ratusan pembunuh bayaran untuk menghabisi sang Dokter, yang membuat jiwa saya sedikit bergetar, sang Dokter hanya dilindungi oleh lima orang bodyguardnya saja yang setia tiada banding dan tara. Ditampilkan dalam film bagaimana heroiknya sang bodyguard dengan tulus dan total melindungi pemimpinnya. Hingga akhirnya sang assassins terakhir membunuh satu demi satu bodyguard sang Dokter bahkan disitu sangat jelas sang bodyguard rela tubuhnya tercabik asal sang pemimpin tak tersentuh oleh assassin alias pembunuh berotak. Tapi toh akhirnya sang dokter berhasil terbunuh juga.
Disitu saya menangkap pelajaran bahwa penting sekali kita menghormati dan mengayunkan topi ketika pemimpin melintas dalam permasalahan hidup kita dan rakyat. Seandainya Bung Karno masih hidup pasti beliau akan marah besar melihat jajaran pimpinan negara ini legawa dan nrimo dihina oleh rakyatnya yang tengil abisss. Oalah yo......Pak Hotman yang sangatlah terhormat, mohon anda belajar saja pada bocah madrasah ibtidaiyah yang ada di Tulungagung atau di Jombang tentang bagaimana caranya bersikap dengan rendah diri dan andap ashor...hemat biaya, nggak perlu lah ke Amrik atau ke Yunani untuk dapet ilmu....