***
Hujan turun, masih seperti kemarin. Hujan tetap turun, meski begitu tidak menghalangi cinta, kawin dan beranak. April masih basah, basah yang menumbuhkan. Bersoraklah benih di ladang Pak tani, dan bebungaan bersama kenangan itu ikut bersemi bermadu. Hadirmu bangkitkan asa akan bahagia yang tak lagi semu.
Langit bermendung kelabu. Sudah ia jadi penanda akan kedatanganmu. Tak peduli hari ini hari Minggu. Reda yang harus ditunggu, sebab terlanjur sudah tidak sedia payung. Sampai kapan harus menunggu, sementara waktu terus saja berlalu. Ada janji yang sudah diramu, ada hati yang ingin bertemu.
Sepatu hitam ini telah disemir mengkilap, tetapi karena engkaulah manja yang merengek telah mengubahnya menjadi coklat melumpur. Padahal baru saja kemarin, saat-saat rewelmu yang meronta di zebra cross itu, pun telah membuat lepek kemeja coklat bergaris-garis hitam kesayanganku.
Hari ini di balik tirai bambu, samar dari jauh melihat jalanan yang berzebra itu hilang tenggelam karena luapan comberan,menyisakan sepasang muda-mudi yang mengerutkan kening berpayungkan punggung tangannya nekat menyeberang menyibak-nyibakkan genangan hitam itu.
Ada pemandangan lain di sana, tentang penjaja jasa. Dari bocah dan tua renta yang menawarkan payung, sampai lelaki bertattoo yang mengatur kendaraan, membantu agar tak tergelincir masuk got. Dan lagi berkah itu darimu, memberi hidup berharap badai jangan cepat berlalu.
Kini dia telah duduk di hadapanku. Sama-sama basah, memesan segelas susu coklat dan segelas kopi hitam. Derai senyum dan rintik tawa kemudian saling berselingan. Meyakinkan bahwa engkau ternyata memang bukanlah penghalang, dan rindu itupun tak lagi membelenggu.
***
Makassar, 12 04 2015
Hujan di hari minggu (Anugerah Os)
Sumber Illustrasi : Di sini
Baca juga :
Kutemukan kata dalam sebaris hujan #4