"Jadi kelas menengah memang enak. Sambil ngopi di mal, online di komputer atau HP, dukung gerakan ini gerakan itu, dan jadilah saya pejuang." (
Totot Indrarto, status @Facebook, Jumat pekan lalu). "Jadilah saya pejuang," katanya Totot yang berjuluk Pakde (di
Twitter dia bilang: "
Pakde is not my name. It's my brand"). Sebuah sindiran jitu. Meledek diri sendiri sekaligus (baca: sebetulnya) meledek orang lain. Sinis, begitu sahabat saya mengomentari status Pakde Totot tadi malam -- tapi sambil tertawa -- dan dia pun sepakat. Empat bulan lalu, ketika mencuat kasus Prita Mulyasari,
Totot mencatat dalam blognya,
"Teman-teman itu tahu, saya memang tidak tertarik mengikuti solidaritas sosial kelas menengah di internet yang makin hari makin absurd itu. Absurd, karena menurut saya wacana yang berkembang sudah bias dan tidak proporsional lagi."
KEMBALI KE ARTIKEL