Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Tunggu Aku di Tapaktuan

2 Desember 2012   09:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:19 587 10

Esok hari merupakan jadwal keberangkatanku menuju kota Serambi Mekkah,semua barang sudah aku packing dengan baik. Pakaian sekoper kecil rasanya sudah cukup untuk beberapa hari selama berada di Aceh. Sebuah sarung sutera dari tanah Wajo akan menjadi bingkisan tanganku buat Abang. Kukemas dengan rapi sarung sutera tersebut, sebuah pita berwarna pink menjadi pengikat kadoku. Harapanku jika kelak kami bertemu dan Abang memakai sarung tersebut akan teringat selalu akan diriku meski kami berjauhan. Kupandangi kembali foto Abang yang aku dapatkan dari FBnya.

“Bang, tunggu aku di Pantai Tapak Tuan yah” gumamku dalam hati tidak sabar untuk berjumpa dengannya.

***

Waktu dilayar HP sudah menunjukkan pukul 15.00 WIB saat tiba di Hotel Tapak Tuan, segera kulangkahkan kaki menuju receptionis Hotel untuk melakukan chek-in, dan mendapatkan kunci kamar 402. Tidak banyak waktu yang tersisa pikirku, setelah rebahan sebentar aku menuju kamar mandi berendam dalam air hangat untuk memberi sedikit relaxasi pada pikiranku setelah perjalanan panjang dari kota Makassar menuju Banda Aceh dan dilanjutkan ke Aceh Selatan tempat Pantai Tapaktuan berada.

Namanya Arief. Aku sering memanggilnya bang Arief. Pria berdarah Aceh yang kukenal lewat sebuah jejaring sosial setahun yang lalu telah berhasil mencuri hatiku. Entah apa yang membuatku tertarik padanya. Awalnya dia hanya menjadi teman chating dikala aku sedang begadang menulis dalam sebuah blog. Cerita-cerita lucunya yang membuatku merasa nyaman dalam berkomunikasi dengannya. Hingga tak terasa kami bisa menghabiskan waktu selama berjam-jam didepan laptop hanya untuk berbagi cerita aktivitas keseharian kami. Tak hanya cerita kamipun kadang berbalas fiksi dan puisi dalam sebuah blog sehingga menambah keakraban kami.

Pidip..pidip.... sebuah sms masuk ke ponselku, membuyarkan lamunanku dari sosok bang Arief.

Bang Arief:

Dek, sudah dimana? Abang segera menuju ke Pantai Tapak Tuan yah. Jangan lama-lama dandannya, entar sunsetnya keburu tenggelam lho.

Tidak sampai satu menit aku balas sms Bang Arief “Sudah di Hotel neh, Okey bang tunggu aku di Pantai Tapak Tuan yah”. Tau aja neh Bang Arief kalo aku suka dandan ujarku dalam hati.

***

Pukul 17.00 di Pantai Tapaktuan

Aku duduk di pojok Cafe menunggu kedatangan Bang Arief. Seperti janjiku dua bulan yang lalu bahwa akan kutemui Abang di Pantai Tapaktuan. Dan hari ini adalah kesepakatan kami untuk bersua di Pantai Tapak Tuan. Namun sosok yang sudah kurindukan belum datang juga. Aku mulai gelisah, jangan-jangan Bang Arief tidak ingin menjumpaiku seperti yang kulakukan padanya dua bulan yang lalu, saat dia berkunjung ke kota Makassar. Segelas Cappucino yang kupesan satu jam yang lalu kini tandas tak bersisa. Sejam berlalu namun tak jua kujumpai batang hidung pria berkacamata asal Aceh tersebut. SMS tidak dibalas dan telpon tidak diangkat. “apa sih maumu bang?” gerutuku dalam hati.

Karena sudah mulai bosan dengan suasana cafe akupun melangkah kearah Pantai untuk menikmati pesona alam Tapaktuan. Debur ombak yang menghantam batu karang kini tak lebih dari nyanyian sendu pengantar rinduku. Andaikan abang datang, akan kuperlihatkan bahwa aku nyata, bukan hanya sekedar maya. Rencong pemberianmu saat ke Pantai Losari kini berada ditanganku.

Dalam Dimensiku

(by Valencya Poetry Widyanti)

Kekasih... Lihatlah padaku... Berdiri di tepian samudra biru Inilah caraku menemuimu Bergumam mengecupi punggung doa

Jemari yang bergemetaran

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun