Selasa (23/10/2012), saya dapat kenalan baru di Jejaring sosial. Seorang Mahasiswi semester akhir, di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Nama belakang kenalan saya itu, tergolong unik, mirip dengan sebutan kampusnya, yaitu Wiwit Unairawati. Sepertinya, beliau ditakdirkan menuntut ilmu di Unair, atau memang sudah ada rencana dari awal oleh orang tuanya. Wiwit baru saja balik dari Belanda. Ia terpilih bersama 7 orang mahasiswa/i Fakultas Keperawatan Unair lainnya, untuk mengikuti program pertukaran pelajar, antara Unair dengan Avans Hogeschool The Netherland. Tentunya wiwit sangat senang bisa menimba pengalaman  di negara Kincir angin tersebut. Terbukti  statusnya di  Facebook, menyatakan: Mau tau tentang Belanda? Mau tau tentang Keperawatan di Belanda? Atau ingin bisa pergi kesana seperti saya. Temukan jawabannya di acara "Sharing bersama mahasiswa FKp Student Exchange 2012" Let's join us. Rabu,24oct'12. Pk 15.30. Fakultas Keperawatan Unair. FREE dan terbuka untuk umum. Jujur. Saya penasaran, berhubung tidak bisa mengikuti acara tersebut, maka saya kirim pesan ke inbok mbak wiwit  untuk menggali pengalamanya selama di Belanda, serta bagaimana cara ia bisa terpilih? Dan, Apa saja persyaratan yang harus dilengkapi untuk mengikuti program pertukaran pelajar ke Belanda? Bak gayung bersambut, mbak wiwit ternyata tidak pelit berbagi informasi. Beberapa pertanyaan saya ajukan, diantaranya:
Mengapa anda bisa terpilih ke Belanda ? Jawaban: Kalau yang di Belanda ini kebetulan Unair yang mengadakan. Nama programnya,
student exchange. Unair punya beberapa link kerjasama dengan beberapa universitas di luar negri. Seperti,
Avans Hogeschool The Netherland. Saya terpilih, karena ikut seleksi. Seleksinya ada 2 tahap. Seleksi administrasi dan Tes presentasi, serta wawancara. Untuk administrasi syarat utamanya membuat essay dalam bahasa inggris tentang alasan mengikuti program pertukaran pelajar (student exchange) . Bentuk essay yang ditulis, seperti,  Kalau lolos rencananya disana mau ngapain? danÂ
poin of action setelah kembali. Kemudian, syarat administrasi lainya, IPK > 3,0 dan score Toefl >500.
Berapa lama anda di Belanda ? Jawaban: Saya cuma 2 minggu di sana. Pada hal  mahasiswa Belanda yang ke Unair selama 3 bulan. Ternyata berkaitan dengan biaya hidup. Dua minggu hidup di Belanda, setara dengan biaya hidup 3 bulan disini.  Makanya cukup singkat. Tapi, Alhamdulillah bermanfaat.
Apa saja yang dikerjakan selama 2 minggu di Belanda? Jawaban: Selama 2 minggu 80% diisi dengan kuliah. Hari pertama sempat ketemu dengan Perawat yang tergabung dalam Persatuan Perawat Nasional (PPNI) Belanda. Sejawat perawat yang kerja di Belanda, mereka menjelaskan kalau sebenarnya peluang bekerja sebagai Perawat disana sangat besar.
Peluang melanjutkan study bagi Perawat ke Belanda gimana? o ya, berapa orang sejawat Perawat yang bekerja di Belanda saat ini? Jawaban: Kalau peluang melanjutkan studi, insya Allah sangat besar. Tapi, kendalanya adalah tidak semua orang  Belanda bisa berbahasa Inggris, sepertinya, itu yang menjadi faktor penyulit. Sekitar, ada 30 orang Perawat yang bekerja di Belanda saat ini. Lebih
valid, mungkin bisa menghubungi ketua PPNI Belanda (INNA Netherlands) , namanya pak Zaenal Van Patrol. **** Saya tidak bisa mewawancarai mbak wiwit terlalu banyak, karena keterbatasan waktu. Namun, informasi lanjut saya cari tau di situs Fakultas Keperawatan Unair. Menarik jika disimak tulisan yang dipublikasikan di situs Fakultas Keperawatan Unair oleh bidang humasnya. Hari pertama, mahasiswa dan dosen sempat mencicipi hidangan laboratorium Avans Hogeschool The Netherland. Saat diskusi berlangsung, mahasiswa dan pembimbing dari Unair sempat kebingungan. Ternyata mahasiswa dari Avans berdiskusi tidak menggunakan bahasa  Inggris. Untung Mr. Koen perwakilan dari Avans menterjemahkan apa yang di bicarakan mahasiswanya. Sehingga, mahasiswa dan pembimbing dari Unair bisa memahami maksud dan tujuan diskusi. (link
disini) Dok: Wiwit Unairawati/ Sedang diskusi di AvansÂ
Hogeschool The Netherland Hari kedua, wiwit dan kawan-kawan mengunjungi
De Herbeiger, di Indonesia disebut juga Panti wreda. Rata-rata penghuni panti berusia 85 tahun. Panti disana, bangunanya mirip hotel di Indonesia, boleh dikatakan layak. Penghuni panti wreda kebanyakan mengalami
demensia. Tujuan kunjungan, bagaimana cara berinteraksi dan berkomunikasi dengan klien yang dirawat di Panti Wreda. Namun, teknik dan caranya didiskusikan di kampus. Sedangkan di panti wreda, hanya sebagai tempat sosialisasi. (link di
sini) **** Lain kesempatan, mbak wiwit juga mengunjungi Rumah Sakit
Sint Lucas Andreas, yang terletak di Amsterdam. Disana ia bertemu Cak heri, perawat senior asal Indonesia. Dok: Wiwit Unairawati. Di RS. Sint Lucas Andreas Amsterdam, Belanda. Terkait pertanyaan diatas, jumlah pasti Perawat Indonesia yang bekerja di Belanda, belum berhasil saya dapatkan. Sudah di konfirmasi ke Ketua PPNI belanda lewat Facebook , namun belum dapat balasan. Mbak wiwit mengaku, tertantang melanjutkan study ke Belanda, negara yang terkenal sebagai negeri kincir angin. Salam, Anton Wijaya,@
medianers
KEMBALI KE ARTIKEL