“ Ma, tahun ini kita mudiknya naik apa yah ?” sergah seorang bocah kepada bundanya. “Hmm, tahun ini kita sedang banyak pengeluaran sayang. Smoga saja kita bisa pulang kampung. Kalau pun bisa, kita hanya bisa naik kreta ekonomi, nggak apa-apa kan sayang?.” Bunda shinta berusaha memberi alasan. Tak jauh dari tempat percakapan pertama terjadi, ya mungkin berjarak 5 km lah. Terlihat pasangan baru menikah sedang merencanakan kepulangannya ke kampung halaman. “ Pa, enaknya kita beri oleh-oleh apa yah ke ibu? Terserah mama deh, yang penting buat ibu senang dan tentunya oleh-olehnya nggak ada di kampung kita. Iya Pa, mama paham. Di sisi lain terdapat segerombolan mahasiswa asik nongkrong sambil ngopi. “ Put, pulang naik apa nih?” Dayat membuka percakapan. “Naik pesawat aja Yat, ada yang murah kok.” Mahfud mencoba memberikan pilihan. “Kalau ada yang gratisan, kamu mau nggak?” Dayat bertanya. “mau dong, emang ada yang gratis?” Mahfud balik bertanya. “Tenang, ada kok. Nanti biar aku yang dartarin. Kalau bulan Ramdhan apa lagi mau lebaran, orang-orang berlomba-lomba berbagi Fud, termasuk juga parpol. Tinggal pilih warna aja, mau biru, kuning atau merah?” Dayat mulai menjelaskan tawarannya. Ah, nggak peduli, yang penting bisa pulang dan gratis, hehehe.” Kata-kata ini yang disukai teman-teman Mahfud terhadap dirinya.