membaur dalam debur ombak berantai,
camar memekik keras mencerai cakrawala,
menisbikan laut yang tak patut lagi dibela.
Hutan membisu riuh dalam kaku,
meratap tandus,botak dan terpaku,
hewan sahabat juga tak lagi betah,
bersama menikmati dalam gerah.
Sawah dan ladang ikut tampak murung,
menangis tersedu sedan melihat lumbung,
anak petani melangkah mantap menuju kota,
meraih mimpi nan harapan yang hampir buta.
Gunung tinggi menjulang tak lagi congkak,
membalut diri yang kian membotak,
riam deru sungai membias suram,
merias hampa dalam sepinya kelam.
Tinggi gedung menjulang hamparan langit,
menggilas sukma dalam ruang sempit,
kuda besi seakan mengacaukan tiap sudut,
terjaring lintas yang tak juga gendut.