"Keseriusan berlebih pada arti hidup akan memunculkan pertanyaan yang berpangkal dari perspektif keseriusan berlebih itu sendiri" (Thomas Nagel)
Menjelang akhir masa kampanye pilpres 2019 ini ada satu kejadian yang penulis anggap agak fenomenal dan perlu kita cermati bersama. Peristiwa tersebut muncul manakala beberapa tokoh panutan agamis terkemuka mempublikasikan narasi putusan final keberpihakan mereka pada salah satu kubu paslon secara berjemaah (meskipun dalam koridor saling antri) di yutup.
Ada narasi suara hati, narasi demi sempurnanya pencermatan, narasi firasat mimpi, dan sebagainya. Seorang dari kalangan militer menarasikan alasan putusan keberpihakannya dengan argumen deprivasi anggaran militer vs hasrat heroik militeristis.
Semua narasi dan putusan mereka itu, menurut penulis, sah-sah saja. Juga berterima dari sudut publik yang sedang berpesta demokrasi.