Mungkin tidak pernah terbayangkan oleh sebagian orang, tanah merah yang gersang nan tandus itu bisa menghidupi ribuan jiwa penduduk. Oktober-November tahun ini adalah puncak penantian. Hujan seolah tamu istimewa yang dinanti dan bakal membawa kabar suka cita. Betapa tidak, dalam satu tahun warga desa hanya mampu menggarap tanahnya sekali, ketika musim hujan tiba. Maka ketika hujan mengguyur bumi, ribuan pasang mata berbinar, senyum merekah, dan harapan hidup kembali terhampar di depan mata. Bau harum tanah basah seakan memanggil-manggil siapa pun yang pernah hidup dan tumbuh di desa untuk kembali pulang, bercinta dengan alam desa yang kembali tampak ranum, penuh gairah, dan siap memberi harapan hidup bagi siapa pun.