Baru-baru ini, di sebuah hajatan pernikahan di Klaten, penulis terkaget-kaget. Gending-gending campur sari yang ditingkahi suara pesinden di tengah hajatan tersebut bukan berasal dari seperangkat gamelan yang dimainkan oleh para nayaga, melainkan oleh sebuah keyboard yang cukup dimainkan oleh satu orang (keyboardis). Betapa teknologi telah berhasil ‘meringkas’ campur sari, menjadi hanya sebuah deretan tuts-tuts yang tinggal dipencet dan dicolok oleh perangkat yang berisi data-data digital. Mengalunlah campur sari dengan merdunya. Usut punya usut, upaya meringkas campur sari ini kini marak terjadi di mana-mana.