Namun demikian sungguh sayang, masih banyak dari penulis di Kompasiana yang kurang menguasai ejaan Bahasa Indonesia yang benar. Sebagai misal, membedakan penggunaan kata 'di' sebagai kata depan atau sebagai kata kerja pasif. Masih sering kita temukan kata 'di' pada kalimat pasif dengan penulisan yang terpisah dari kata kerjanya: 'di' kerjakan, padahal seharusnya 'dikerjakan'. Demikian pula pada penggunaan sebagai kata depan, ''dimuka' padahal seharusnya 'di' muka.
Bahasa Indonesia mempunyai suatu kelemahan (atau keistimewaan?) yaitu dapat kita mengerti tanpa harus terangkai dengan baik sesuai dengan gramatika. Hal ini tidak akan berlaku pada bahasa lain, misalnya Bahasa Inggris. Mereka yang terbiasa untuk berbicara dalam Bahasa Inggris (begitu juga dalam bahasa asing lainnya) sebagai bahasa ibu, akan lebih terstruktur dalam mengungkapkan pendapat yang berdampak positif pada pekerjaan. Saya berpendapat bahwa jika kita menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, sesuai dengan ejaan serta tata bahasa yang baik dan benar, maka otak kita pun akan terbiasa untuk terstruktur dalam mengungkapkan pendapat. Dampak positif yang akan kita dapat adalah kita akan terbiasa untuk senantiasa berpikir dan berperilaku positif.
Oleh sebab itu maka saya ajak teman-teman kompasiana sekalian untuk senantiasa menulis dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar, sesuai dengan struktur tata bahasa yang kita telah pelajari di bangku sekolah. Mari senantiasa mengungkapkan pendapat kita dalam kalimat aktif dan hindari penggunaan kalimat pasif.
Selamat menulis dan semoga bermanfaat.