Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi Pilihan

Sampah di Balik Kode Etik Jurnalistik

5 Januari 2014   12:10 Diperbarui: 5 November 2015   20:07 172 3

Melalui sebuah rapat redaksi, seorang wartawan ditugasi oleh pimpinannya untuk mencari berita. Bahkan kadang tanpa melalui rapat redaksi, wartawan yang sudah senior bisa meluncur saja ke lapangan mencari berita demi memenuhi deadline. Maka yang sering terjadi adalah rutinitas deadline. Diakui atau tidak, seorang wartawan akan berusaha menghindari deadline. Sebab, dari deadline inilah salah satunya, seorang wartawan bisa tetap bekerja dan dianggap profesional di sebuah media tempatnya bekerja.

Inilah yang tak diketahui oleh orang awam, bahwa berita yang disajikan di sebuah koran, internet, radio atau televisi, bisa saja hanyalah bernilai sampah semata. Artinya, berita-berita yang isinya cuma buaian yang sengaja dimuat untuk memanjakan mata pembaca. Aturan-aturan media sering diterobos dan dikamuflase. Hingga berita-berita yang sudah memenuhi standar kode etik jurnalistik sekalipun kadang sering terjebak pada rutinitas semata.

Bayangkan bila sebuah media sudah beranggapan, atau dilatih, untuk ditarget mencari empat berita tiap harinya.Bukankah pola pikir tersebut bisa “memaksa” wartawan untuk terjebak dalam rutinitas mencari berita, dan bukan membuat atau menilai sebuah berita? Padahal media adalah sarana informasi yang bernilai cerdas. Persoalannya adalah bukan pada sulitnya menyediakan tulisan yang berkualitas, mengingat saat ini ada jutaan informasi yang bisa dengan bebas diunduh dan dijadikan berita. Namun pada kepentingan dan kemauan masing-masing redaksi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun