Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Liputan Diskusi DivAs “Lesbian dalam Keluarga”

29 Februari 2012   16:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:43 300 0

Namaku Daniel berkisah tentang perjuangan lesbian menakhlukkan paksaan keluarga untuk menikah, benturan agama Islam, budaya Sulawesi Tenggara, demi jujur sebagai lesbian. “Saya suka tulisan ini karena menggambarkan kehidupan nyata lesbian. Beda sekali dari buku-buku yang saya baca, yang cenderung memojokkan lesbian,” komentar Phoebe. Di sisi lain, Igo mengkritisi penulisan cerita,”Rasanya tidak logis bila persiapan pernikahan 75%, tapi tokohnya tidak tahu dan masih menganggap pertemuan keluarga biasa.” Menanggapi pernyataan tersebut, Davi berujar,”75% di sini menyangkut teknis, seperti sewa gedung, pesan katering dan lain-lain, yang diurus keluarga. Dan tokoh lesbian diminta keluarga mempersiapkan diri. Meski pada akhirnya tegas menolak.”

Diskusi berkembang ke tujuan menulis. Wulan—psikolog Ubaya—memaparkan,”Ada 2 tujuan: personal dan sosial. Personal, sebagai media mengekspresikan diri. Proses menulis sangat efektif menyalurkan yang terpendam dalam diri, dan secara psikologis membantu kestabilan emosi. Sosial, menunjukkan cerita lesbian dari sudut pandang lesbian sendiri. Seperti ditangkap teman-teman, ceritanya positif, lesbian percaya diri. Di tengah diskusi, Antok menulis di whiteboard cara membaca teks sastra. Bahwa bahasa (lisan maupun tulisan) memiliki 2 aspek: bentuk dan makna. Bentuk, memiliki 2 unsur: segmental dan supra-segmental. Makna, ada 2: konotasi dan denotasi. Makna tulisan dipengaruhi ideologi penulisnya, yang diwujudkan melalui bentuk tulisan. (Antok Serean)

*) Cerpen Namaku Daniel rencananya akan dibukukan dalam bentuk antologi bersama penulis Dipayoni.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun