Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Mandiri Inisiatif Terpadu Kelompok 30 UIN Walisongo mengadakan ngobrol asyik dengan tema "Optimalisasi Akhlak Walisongo bagi Generasi Millenial". Acara tersebut dilakukan melalui platform zoom meeting pada Sabtu (22/01).
Dengan mengundang dalang muda yang dikenal dengan Gus Ulin Nuha, ngobrol asyik tersebut dihadiri oleh 90 partisipan, baik mahasiswa maupun masyarakat umum.
Dalam obrolannya, Gus Ulin menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh para peserta mulai dari bagaimana peran Walisongo membentuk akhlak generasi millenial sampai dengan bagaimana sikap yang harus dimiliki oleh millenial untuk mempresentasikan akhlak yang diajarkan oleh Walisonngo.
"Yang paling utama untuk memperbaiki akhlak bagi para millenial ialah sholatnya," ujar juara Aksi Indonesia 2019 tersebut.
Menurut Gus Ulin apabila sholat sudah baik, hubungan dengan Allah sudah baik maka hablum minan naas seperti ber-muamalah akan baik pula. Bagi beliau jika sholat sudah diperbaiki maka perilaku dalam media sosial harusnya juga akan lebih baik. Dalam artian tidak mengumbar kebencian, meninggalkan komentar buruk, dan lain sebagainya.
Beliau juga mencontohkan perilaku salah seorang Walisongo yang menasihati Sultan Trenggono dengan sikap yang halus dan indah.
"Sunan Kalijaga itu menasihati Sultan Trenggono dengan cara mengirim anak-anak untuk menyanyikan lagu Gundul Pacul," ungkap Gus asal Cilacap.
Lagu yang dikirim oleh Sunan Kalijaga tersebut dalam cerita Gus Ulin, memiliki makna yang sangat dalam tentang empat perkara yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang berasal dari kata "gundul" (red:kepala). Dalam kepala, terdapat 4 bagian yakni mata untuk melihat rakyatnya, telinga untuk mendengarkan suara rakyatnya, hidung untuk mencium nasib rakyatnya, dan mulut untuk berbicara dengan baik kepada rakyatnya.
"Sedangkan kata "pacul" dalam lagu tersebut bermakna "papat ucul" (red: empat lepas). Yang maknanya ketika empat perkara tersebut tidak dijalani, ya akan ucul rakyatnya," jelasnya.
Hal inilah yang merupakan salah satu contoh cara menasihati ala Walisongo agar tertanam akhlak yang baik dalam diri setiap umatnya.
Selain itu, Gus Ulin juga memberikan contoh sikap generasi millenial berakhlak yang berkiblat kepada Walisongo.
"Kalau ada oknum yang memang tidak mempercayai Walisongo, dan anda dapat membuktikan ya silahkan, monggo dibuktikan. Namun, kalau anda tidak dapat membuktian ya diam lebih baik. Dan alangkah baiknya lagi kalau anda melakukan ajaran-ajaran Walisongo agar mereka paham akhlak Walisongo yang tercermin dalam diri anda." Kata Gus Ulin.
Dalam beberapa penjelasan beliau, banyak sekali makna yang sebetulnya Gus Ulin ungkapkan. Pada intinya, beliau menjelaskan tentang akhlak yang harus dioptimalkan bagi generasi millenial sesuai dengan tema Ngobrol Asyik.
"Nah, bagaimana agar millenial mencintai budayanya sendiri?" Tanya beliau.
Gus Ulin menjawab pertanyaan tersebut dengan menerangkan bahwa budaya sejatinya bukan terbatas pada adat, keris, ataupun blangkon. Namun budaya Indonesia adalah tata krama, bahasa krama, unggah-ungguh, akhlak mulia dan memanusiakan manusia.
"Sehingga jaga budaya kita dengan akhlak tersebut, dengan tata krama yang baik, bahasa krama yang baik. Boleh mempelajari budaya asing, tapi jangan pernah melupakan budaya sendiri." tutur pria yang menginjak usia 22 tahun itu.
Dalam pungkasan Ngobrol Asyik, beliau memberikan petuah yang menarik untuk diperhatikan. Gus Ulin mencontohkan ketika seseroang masuk ke warung, ia akan dilayani, kemudian pada saat keluar ia akan membayar.
"Begitupun hidup di dunia. Keluar dari dunia (red:meninggal) jangan sampai hutang kepada Allah, berupa hutang sholat. Wong kita sudah diberikan fasilitas dan pelayanan berupa bumi, bisa hidup dan bernafas seperti ini kok hanya diminta sholat saja tidak mau." Pungkas Gus Ulin.