Dan Semua Buram
"Kamu masih hidup?" , tanya Kinan masih dengan tatapan tak percaya . Pras yang melhat airmata Kinan sudah mengalir turun membasah pipi bergegas menghampirinya . Lalu menarik tangan Kinan pergi dari situ . Dia butuh tempat yang tenang untuk menjawab pertanyaan wanita itu . Tetapi Belum berjalan terlalu jauh , Kinan seperti tersadar dan segera menarik tangannya dari genggaman Pras .
"Gak perlu jauh-jauh buat jelasin semuanya" , ucap Kinan cepat . Mendengar itu Pras berbalik dan menatap mata Kinan , mencoba menerka apa yang ada dalam benaknya . Kinan menekan rasa sakit didadanya . Bagaimana bisa semua ini terjadi ? Bagaimana bisa Pras masih hidup ?
"Gimana kamu bisa berdiri didepanku sekarang?Bukannya kamu seharusnya tidur didalam tanah?" , tanya Kinan telak .
"Bukannya kamu harusnya udah mati?Kamu gak mungkin kembarannya Pras kan?" .
"Atau......" , mata Kinan menerawang sesaat ,"kamu gak mungkin pura-pura mati untuk melarikan diri dariku kan?" . Pertanyaannya yang terakhir membuat rasa sakit didada Kinan terasa lebih menusuk lagi . Tetapi Kinan perlu tahu alasannya , dia harus tahu walau hatinya akan hancur untuk kedua kalinya lagi .
Pria dihadapannya itu tampak menghela nafas sesaat sebelum menjawab rentetan pertanyaan wanita dihadapannya tersebut .
"Aku masih hidup , dan aku memang Pras" , jawabnya . Pras menatap Kinan , mencoba melihat reaksinya . Tetapi Kinan tampak tak bergeming mendengar itu .
"Aku memang harus berpura-pura mati untuk menghentikan semua sandiwaraku ke kamu " , kali ini raut wajah Kinan berubah saat mendengarnya . Wanita itu tampak menahan marah mendengar pengakuannya barusan .
"Aku diminta Asti untuk mendekatimu , meraih hatimu , membutmu jatuh cinta padaku . Tetapi semakin lama , aku melihat kamu semakin serius dengan hubungan sms kita, dan cuma kematianku yang bisa bikin aku pergi darimu" , selesai mengatakan itu semua Pras tampak lega kelihatannya . Sedangkan Kinan tidak .
"Asti cuma pengen melihatmu bahagia" , lanjut Pras .
Kinan memejamkan matanya , merangkai semuanya . Mengapa selama ini Asti sulit sekali ditanyai kabar keluarga Pras . Mengapa Asti terkesan sering mengalihkan pembicaraan bila menyangkut tentang Pras . Kinan juga baru sadar , bahwa tak pernah Asti menyebut nama Pras bila dia tak menyebutnya . Semuanya jelas sekarang , hanya satu yang masih belum mendapat jawab . Mengapa Asti melakukan semua ini padanya .
Kinan menatap Pras tajam , lalu mengangkat tangannya dan meletakkannya dipipi pria itu . Pras sempat sedikit menghindar sebelum akhirnya mmilih membiarkan Kinan menyentuhnya . Wanita itu tersenyum padanya . Awalnya senyum itu tampak tulus dimata Pras , tetapi tak lama pra itu mendapati senyum itu kosong dan berubah menjadi senyum yang penuh kebencian .
"Sayang sekali......tak pernah ada yang bilang padamu ya ?" .
"Bahwa dunia begitu sempit!Terima kasih buat penjelasannya , berharaplah kamu gak akan pernah liat aku lagi" , wanita itu lalu berlalu dari hadapan Pras tanpa mnoleh kembali . Sedangkan Pras tertegun dengan semua hal yang dialaminya barusan .
***
Kinan menuju kearah pintu keluar Cito , bergegas menuju ke terminal dan pulang ke Malang . Sesampainya di kos , dia segera mengemasi semua barangnya dan keluar dari sana . Menitipkan kunci kamar kosnya pada Rani , penghuni kamar sebelah . Dia hanya mengatakan harus pindah saat itu juga dan meminta tolong Rani untuk menyampaikannya pada Ibu Kos . Tak dibiarkannya dirinya larut dalam kehancuran kali ini . Ada harga yang harus dibayar untuk semua lara hatinya selama ini , dan itu takkan mudah .
Kinan memasuki taksi yang sudah dipesannya dan menyebutkan sebuah tujuan . Lalu meraih ponselnya .
"Halo , tawaranmu masih berlaku? " , tanya Kinan langsung begitu tersambung . Kinan mendengarkan sejenak jawaban suara diseberang teleponnya .
"Baik....aku mau , tapi dengan satu syarat . Kinanti Dewi harus mati!" , ucap Kinan tegas .
**
Kinanti keluar dari pintu kedatangan domestik . Mencari seraut wajah yang sudah dikenalnya saat bulan-bulan terakhirnya d Denpasar .
"Kinan" , panggil seorang pria dan Kinanti segera menuju kearahnya . Pria itu memeluknya erat saat Kinan sampai dhadapannya . Wajah tampannya tampak bahagia .
"Jangan panggil aku dengan nama itu lagi Dru, kamu ingat syaratnya kan?" . Pria yang dipanggil Dru itu terseyum .
"Kalau gitu kamu juga jangan memanggilku Dru lagi, panggil aku Andrew dengan lengkap" , pinta pria itu balik dan Kinan mengangguk .
"Baiklah,yuk pulang kerumah,aku udah beresin kamar buat kita" , Andrew mendorong troli Kinan sambil menggandengnya .
*
Kinan menatap jauh ke depan melalui jendela besar dikamar tempatnya berada . Laut luas membentang dihadapannya . Andrew masuk kedalam dan memeluk wanita itu dengan lembut .
"Aku sudah menandatangani kontrak itu" , ucap Kinan . Andrew hanya mengangguk .
"Kamu bisa mulai memenuhi permintaanku besok , apa saja yang aku perlukan untuk membunuh Kinanti Dewi ini" .
"Baiklah.....apapun yang kamu mau , asal kamu disisiku . Lama aku sudah tidak melihatmu , sejak kamu pulang ke Malang . Aku kangen" , Andrew lalu menarik Kinan ke tempat tidur yang ada ditengah ruangan itu . Membaringkan Kinan disana , lalu berbaring disamping Kinan sambil meyalakan tv kamar . Serial Revenge sedang diputar saat itu .
"Tidurlah Kinan" , ujarnya .
"Aku..." .
"Baiklah.....kamu mau mengganti namamu dengan nama apa?" , potong Andrew sebelum Kinan mengoceh panjang lebar . Kinan tampak berpikir sesaat sambil menerawang saat matanya trtumbuk pada wanita cantik di tv itu . Dia menyukai karakter itu dari awal season , dan sepertinya sekarang dia merasa bernasib sama dengannya .
"Emi atau panggil aku Ems...." , Kinan mengucapkannya mantap .
"Emi...Ems ? Seperti Ems di serial Revenge itu? , Andrew bertanya sambil mengamati Kinan .
"Iya...Emi , tetapi panggil saja aku Ems mulai sekarang" .
Andrew menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya . Tetapi lalu tersenyum dan memeluk Kinan erat .
"Tidurlah Ems......" , ucap Andrew lembut .
-dinar-131112-