Ayub melangkah pelan ke arah keluar rumahnya. Sedikit demi sedikit rumah Ayub hilang dari penglihatannya. Di perjalanan Ayub melihat taman bunga yang bunganya sudah mulai layu. Ia berniat untuk ke sana saya pulang dari masjid. Ayub sangat menyukai bunga di taman tersebut.
Sesampainya di masjid Ayub membaca salam dan doa masuk masjid. Masjid yang sedang adalah masjid termegah di kota ini. Masjid tersebut memiliki corak warna dan pahatan yang menarik.
Shalat subuh pun berakhir. Ayub berdoa sejenak dan berdzikir. Selesai berdoa Ayub keluar dari masjid dan menuju ke taman yang sudah ia rencanakan tadi.
Ayub melihat bunga di taman yang layu. Tiba-tiba disisi lain terdapat seorang anak yang sedang menginjak-injak bunga. Farel salah seorang teman yang suka mengejek dan menghina Ayub. Dari dulu Farel sudah sering membully Ayub karena selalu dekat dan diperhatikan oleh guru di sekolahnya. Ayub hanya tabah dan sabar menghadapi Farel yang selalu menjahatinya.
Ayub mendatangi Farel dan berkata:
"Farel, kenapa kamu injak bunga itu?" Tanya Ayub.
"Ayub, sok alim lo!" Celetus Farel.
"Rel, bunga itu juga pengen hidup, nggak kita aja!" Nasehat Ayub
" Eh eh eh sok ngajarin pula, disekolah berlagak sok jadi ustadz, disini juga sok. Nggak ada orang disini ke siapa mau caper ha?" Kata Farel.
Ayub memang orang sopan, baik hati, tapi kepala batu. Ayub sedikit sulit memaafkan seseorang jika sudah melampui batas kesabarannya. Hingga akhirnya Farel melampaui batas kesabaran Ayub.
" Maaf aku tidak pernah berlagak sok jadi ustadz Rel, apa salah aku sampai-sampai kamu kayak gini?" Tanya Ayub.
" Aku nggak pernah bikin kamu sakit hati, tapi kenapa kamu selalu hina aku, ejek aku dan bahkan menjahati ku?" Lanjut Ayub.
Dengan sedikit sakit hati dan berlinangan air mata Ayub menanyakan semua itu. Ayub merasa sangat sedih karena perkataan Farel yang menyakitinya.
" Pengen tau?" Tanya Farel
" Lo itu suka jadi sorotan guru, kamu itu sok caper didepan guru, bahkan disini juga, emang apa yang lo dapatin disini?" Lanjutya.
" Gw gak peduli kamu sakit hati dan sedih, intinya gw endam banget sama lo!" Tegas Farel.
" Aku bisa aja ngadu ke pihak penjaga taman supaya kamu sedikit jera Farel," tegas Ayub.
"Emang gw peduli? Oh tidak !" Jawab Farel.
" Liat aja nanti Rel, supaya kamu kena batunya!" Ancam Ayub.
Alih-alih Farel terdiam. Ia memikirkan sesuatu untuk memberikan pelajaran ke Ayub dan juga ingin membalaskan dendamnya kepada Ayub. Ia ingin mencelakai Ayub tujuannya supaya Ayub tidak macam-macam kepadanya untuk melaporkannya ke petugas taman. Jika petugas taman tahu, Â bisa dibawa ke pihak berwajib dan akan diproses lebih lanjut.
" Plakk," bunyi tinju Farel mengenai perutnya.
Ayu pun terjatuh dan kepalanya terbentur ke batu. Dahi Ayub berdarah. Ia merasa pusing dan nyaris pingsan.
Tak lama kemudian seorang anak membantu Ayub.
"Eh kak, kenapa?"tanya anak kecil bernama ibal.
tiba-tiba Ayun pingsan dan tergeletak di tengah taman itu.Farel merasa cemas dan sangat ketakutan. Ia berpikir apakah yang ia lakukan ini terlalu fatal? Bagaimana lagi nasi sudah menjadi bubur.
"Kak kenapa bisa begini?"tanya Ibal ke Farel.
"Tiiidak bukan gue," suara Farel gugup. "Jujur saja atau saya lapar ke polisi!" Tegas Ibal.
"Gue nggak sengaja," jawab Farel.
Ayub yang sedang berbaring emas di tempat duduk taman. Farel sangat khawatir dengan itu. Ayub jika hatinya sudah sakit dia sulit memaafkan orang lain. Ayub mulai sadar Farel melihat Ayub dan ingin meminta maaf kepada nya.
"Maafkan saya Ayub," ucap Farel.
Ayun hanya diam. Ayub berpikir apakah dia akan memaafkan Farel atau tidak? Ayub mencoba meredam amarah dan kepala batunya. Ayub sedikit berpikir apakah ia akan memaafkan perilaku Farel kepadanya?
Lagi-lagi Ayub bertanya pada hatinya.
Tapi ia pernah membaca dalam QS Â Surat Ali 'Imran 133-134. Dalam surat Ali 'Imran ayat 133 dan 134 memiliki makna bahwa manusia akan diberikan ampunan dari Allah dan surga seluas langit dan bumi apabila orang itu berinfak, mampu mengendalikan kemurkaannya, dan memaafkan kesalahan orang lain.
"Allah saja memafkan kesalahan umatnya, kenapa saya tidak?" Pikiran Ayub.
"Iya, tidak apa apa Farel, aku audah memaafkan mu sebelum kamu minta maaf," balas Ayub.
" Kenapa lo masih bisa memaafkan gw, sedangkan gw selalu jahat ke lo?" tanya Farel.
" Lebih baik memaafkan daripada menyimpan dendam Rel," kata Ayub.
" Gw sangat menyesal Yub, gw nggak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi dan akan berubah lebih baik lagi.
Mereka pun berbaikan dan Farel akan bertanggung jawab akan kesahatan Ayub hingga sembuh. Farel tidak akan mengulangi kesalahan seperti itu. Hingga akhirnya Ayub sembuh. Ayub dan Farel pun mengambil pelajaran dari konflik tersebut. Â