[caption id="attachment_267850" align="alignleft" width="300" caption="pasti udah bisa nebak ya...hehe... ki-ka: Kali Siregar, Meliana Indie, AFR"][/caption] Kopdar pertama kompasianer kota Medan dan sekitarnya telah dilaksanakan. Tapi sayang, jumlah kompasianer yang hadir sangat jauh dari yang diharapkan. Banyak yang pada saat mendekati hari H mengabarkan kalau mereka berhalangan hadir karena berbagai sebab. Mungkin waktu kopdarnya juga yang kurang pas, yaitu pada hari Jumat (17/09/2010). Pemilihan waktu kopdar pada hari kerja ini juga bukan tanpa alasan. Rasanya cukup sulit mencocokkan waktu dimana ada beberapa kompasianer yang akan berhalangan hadir pada saat libur akhir pekan dan ada pula beberapa kompasianer yang tidak bisa datang pada hari kerja. Bagaimanapun, akhirnya yang namanya kopdar itu terlaksana juga, meski dengan kompasianer yang berjumlah hanya TIGA orang.
Hmmm...sedikit sekali ya? (
Hahahahah...) [caption id="attachment_267854" align="alignright" width="300" caption="Gerbang depan Tjong A Fie Mansion (khusus foto yang ini diambil dari
http://www.facebook.com/home.php?#!/note.php?note_id=440275495237) "][/caption] Tapi tak apa. Seru-seruan a la kopdar tetap terasa. Menunggu sambil menerka-nerka wajah dan tampilan teman yang dikenal di dunia maya terasa menyenangkan. Hanya bermodalkan ingatan akan wajah di foto profil dan melihat seseorang yang tampak sibuk mencari-cari ke sekeliling restoran Nelayan-Merdeka Walk sambil memegang
handphone, maka bertemulah saya dengan kompasianer yang di dunia nyata bekerja sebagai kepala salah satu SD swasta terkenal di kota Medan,
Meliana Indie, dan praja IPDN yang saat ini tengah berdomisili di Makassar,
Kali Siregar. Sebelum Kali datang,
Lingga, kompasianer yang dikenal dengan nama akun
(Sementara) Mas Lingga unjuk wajah terlebih dahulu, namun kompasianer yang ternyata berusia lebih muda dari saya dan Meliana ini hanya sekedar singgah sebelum akhirnya harus pergi karena suatu urusan.
Dee Dee Sabrina yang diharapkan datang meramaikan suasana juga pada akhirnya tidak dapat hadir sesuai jadwal. Ia berjanji akan segera menyusul apabila urusannya telah selesai. Meski hanya bertiga, obrolan panjang tetap digelar. Mulai dari cerita tentang aktivitas masing-masing, dunia sastra, Kompasiana dan kompasianernya, sampai pada cerita Meliana yang baru saja berkunjung ke Korea bersama rombongan sekolahnya, yang salah satu kisahnya bisa dibaca di postingannya yang berjudul
Memajukan Pariwisata Lewat Sinema (Pembelajaran dari Nami Island, Korea). [caption id="attachment_267797" align="alignleft" width="300" caption="bagian depan Tjong A Fie Mansion"][/caption] Menjelang sore, rasanya kurang berkesan bila hanya duduk-duduk sambil makan dan mengobrol. Lalu saya pun berinisiatif untuk mengajak mereka berkunjung ke rumah
Tjong A Fie (Tjong A Fie Mansion), yang lokasinya di Jl. Jend. Ahmad Yani (dulu Jl.Kesawan), tak jauh dari Merdeka Walk. Meski sudah lama menjadi warga Medan, saya belum pernah berkunjung ke rumah legendaris orang terkaya Medan pada masanya itu. Lagipula, rumah besar berarsitektur Cina, Melayu, Eropa dan
art deco ini baru dibuka untuk umum pada tanggal 18 Juni 2009, bertepatan dengan peringatan ulang tahun Tjong A Fie yang ke 150 tahun. Maka dengan berjalan kaki, kami menyeberang dari Jl. Balai Kota ke Jl. Jend. Ahmad Yani. Untuk ke sana, kami memilih masuk dari belakang, melewati pusat tekstil kota Medan, Pajak Ikan/Pasar Ikan (namanya saja "pasar ikan", tapi pasar ini sama sekali tak menjual ikan dan bahan makanan lainnya). Setelah berjalan sejauh lebih kurang 500 meter dari Merdeka Walk, maka sampailah kami di gerbang belakangnya yang tertutup. Kami memberanikan diri untuk membuka sendiri pintu gerbang itu dan tampaklah pemandangan yang menarik. Sebuah rumah
tempo doeloe berlantai dua yang sangat besar dan berhalaman belakang luas. Tak tampak seorang pun di sana. Hanya terdengar kicauan burung walet yang menggema. Setelah memandang ke sekeliling, tak berapa lama muncul seorang pria keturunan India yang kemudian diketahui sebagai salah satu penjaga rumah itu. [caption id="attachment_267826" align="alignright" width="300" caption="Ruangan di lantai 2 yang dulunya adalah ruang dansa"][/caption] Pintu belakang rumah pun dibuka. Suasana rumah yang sepi dan suara derit pintu yang khas mengingatkan saya akan film-film bergenre horor. Kalau dilihat-lihat, rumah ini sangat pas untuk dijadikan
setting film bernuansa mistis. Aura rumah tuanya sangat terasa. Apalagi ketika semakin dalam masuk ke rumah. Sebelum diajak tur, kami harus membeli tiket dulu di teras depan. Satu tiket seharga Rp 35.000,-. Harga yang sebanding dengan tur panjang yang akan kami lalui di rumah ini. Jika mau, tiketnya pun bisa digunakan sebagai pembatas buku. Setelah itu, barulah kami dibimbing oleh seorang
tour guide untuk menjelajahi seluruh rumah. Bersama kami juga turut serta satu rombongan lain yang terdiri dari remaja berusia SMA atau kuliah. Selama tur, aura mistis rumah milyarder yang awalnya merupakan perantau dari daratan Cina ini sangat terasa. Ruangan-ruangan besar sengaja diberikan cahaya sekedarnya. Mungkin agar pengunjung merasa sedang kembali ke masa dimana Tjong A Fie dan keluarganya tinggal di rumah itu. Untuk ukuran zaman dulu, bahkan saya kira sampai sekarang, rumah besar ini tergolong sangat mewah. Lampu-lampu gantung yang besar menghiasi langit-langit ruangan. Kayu-kayu berukir yang menjadi ornamen, bahkan lantainya dilapisi ubin yang bermotif lukisan tangan seorang seniman Italia. [caption id="attachment_267840" align="alignleft" width="300" caption="Salah satu ruang yang dipenuhi foto-foto yang berkaitan dengan perusahaan & bisnis Tjong A Fie"][/caption] Setiap ruangan yang dimasuki pasti dipenuhi oleh foto atau lukisan. Mulai dari foto diri Tjong A Fie, foto-foto keluarga besarnya, foto-foto perusahaan miliknya, sampai foto saat ia diantar ke pemakaman sekaligus foto makamnya terpampang jelas di sini. Tak ketinggalan, foto Sultan Deli,
Sultan Makmoen Al Rasyid Perkasa Alamsyah yang mendirikan Istana Maimoon, juga terpajang di salah satu sisi kamar tidurnya. Bisa dikatakan, Sultan Deli dan Tjong A Fie lah yang membangun kota Medan pada waktu itu. Tjong A Fie yang merupakan orang kepercayaan Sultan Deli untuk mengurusi berbagai perusahaannya, dikenal sebagai pengusaha yang jujur dan sangat dermawan. Kedermawanannya ditunjukkan dengan keterlibatannya dalam pembangunan sekolah-sekolah, rumah-rumah ibadah dan berbagai fasilitas umum. Dalam memberikan bantuan, ia tidak membeda-bedakan ras dan agama. Istana Maimoon dan Masjid Raya Al-Ma'shun adalah contoh dari sekian banyak bangunan yang turut didanai oleh Tjong A Fie. Sebenarnya banyak sekali yang bisa diceritakan, namun kiranya akan lebih baik kalau saya lebih banyak bercerita lewat foto saja kali ini. Untuk sejarah singkat Tjong A Fie yang bernama asli Tjong Fung Nam ini, bisa dibaca
di sini dan
di sini. [caption id="attachment_267831" align="alignright" width="300" caption="Kamar tidur Tjong A Fie. Di meja itu adalah dokumen-dokumen berharga Tjong A Fie semasa hidupnya"][/caption] Waktu kunjungan kami sebenarnya terlalu singkat. Belum seluruh bagian rumah yang kami jelajahi. Kami pun undur diri di tengah-tengah tur karena hari yang sudah semakin sore dan kembali berjalan kaki ke Merdeka Walk, melintasi jalanan yang mulai ramai karena jam pulang kerja. Di parkiran McDonalds, kami bertiga pun berpisah. Saya dan Kali langsung pulang, sementara Meliana menunggu Dee Dee Sabrina yang akan datang menjelang malam sambil menikmati sore di McDonalds.
Hmmm...setidaknya ada hal baru yang dinikmati dari kopdar ini. Berkunjung ke salah satu objek wisata sejarah yang sangat menarik. Jika ada waktu dan kesempatan berkunjung ke Medan, tak ada ruginya bila Anda juga mampir ke Tjong A Fie Mansion. [caption id="attachment_267817" align="aligncenter" width="225" caption="Tjong A Fie dengan baju kaisar Cina"][/caption] [caption id="attachment_267819" align="aligncenter" width="300" caption="Tjong A Fie & keluarga besarnya"][/caption] [caption id="attachment_267824" align="aligncenter" width="300" caption="Ruang persembahyangan"][/caption] [caption id="attachment_267825" align="aligncenter" width="300" caption="Ruang makan dengan beberapa perabot makan (mis; sumpit) yang masih asli "][/caption]
KEMBALI KE ARTIKEL