Anak lelaki bermata sipit itu berdiri di depan pintu. Tangan kanannya erat memegang tangan kiri pria dewasa yang tampaknya adalah ayahnya. Anak itu memakai seragam sekolah TK berwarna putih ungu. Pria dewasa yang selanjutnya kutahu memang ayahnya itu lalu menyuruhnya membuka sepatu dan masuk ke dalam ruangan. Berjalan beberapa langkah hingga sampai di samping sebuah kursi. Ia hanya berdiri saja di situ sambil tangannya memegang erat tangan kiri ayahnya. Saat aku mendekatinya, tubuhnya tampak mundur ke belakang dan sebagian wajahnya ia sembunyikan di balik punggung ayahnya sambil sesekali mencuri pandang ke arahku. "Hallo...siapa namanya?," tanyaku sambil mengulurkan tangan. Tak lupa kupasang senyum semanis mungkin. "Lho...kok diem aja? Hayo...kamu malu ya?," godaku. Senyumnya mulai mengembang sedikit. "Nama ibu...Nisa...nama kamu siapa?," tanyaku lagi. Ia masih bergeming. "Hayo Josh...jawablah...salam tuh ibunya...bilang nama kamu tuh siapa..," ujar ayahnya dengan dialek tionghoa yang kental. Suaranya setengah memaksa. Mendengar ayahnya berkata demikian, suara lirih Josh pun terdengar. "Josh...," katanya sambil menyambut uluran tanganku lalu cepat-cepat menariknya kembali. Josh, anak lelaki putih, bermata sipit, dengan rambut hitam lurus. Usianya saat itu masih 4 tahun. Ia datang bersama ayahnya ke Biro Psikologi tempat aku magang sebagai asisten psikolog. Pertama kali ia datang itu, sikapnya lebih banyak diam dan sering tampak cemberut. Biarpun begitu, aku sering tersenyum dibuatnya. Ia terlihat begitu lucu dan menggemaskan. Bibir merahnya, kulit putihnya dan rambut hitamnya yang kontras itu membuatnya lebih terlihat seperti boneka Cina. Apalagi bila saat kutanya, alisnya terangkat membentuk lengkung bulan sabit ke bawah dengan mulut yang setengah menganga, pertanda ia kurang paham dengan ucapanku. Aku maklum, karena ternyata bahasa sehari-harinya lebih banyak menggunakan bahasa Hokkien dan bahasa Inggris. Jadi terkadang aku meminta bantuan ayahnya bila aku ingin menanyakan sesuatu padanya atau aku yang mencoba berbahasa Inggris agar ia mengerti.
KEMBALI KE ARTIKEL