Pada beberapa sekolah, Masa Orientasi Siswa (MOS) menjadi ajang perpeloncoan sebagai sarana untuk melakukan balas dendam, sehingga kegiatan yang pada awalnya merupakan kegiatan yang menyenangkan berubah menjadi kegiatan yang penuh tekanan. Miris ketika dalam kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS)  diwarnai kekerasan hingga menyebabkan luka-luka, trauma, bahkan kematian pada siswanya. Masa Orientasi Siswa (MOS)  yang pada awalnya dipandang sebagai sebuah kegiatan untuk mempererat tali persaudaraan antara senior dan junior malah menjadi momok bagi siswa baru ketika memasuki sebuah instansi sekolah yang lebih tinggi. Berbagai pemberitaan mengenai kematian seorang siswa baru pada saat kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS) menjadi tamparan bagi dunia pendidikan.
Oleh karena itu, sebaiknya pemerintah segera bertindak tegas untuk menindaklanjuti pelaku-pelaku yang melakukan tindak kekerasan kepada seniornya pada saat Masa Orientasi Siswa (MOS) serta memberikan sanksi kepada sekolah-sekolah yang dalam melakukan kegiatan MOS tidak memenuhi prosedur sebagaimana layaknya. Sebab, apabila dibiarkan akan lebih banyak lagi korban-korban yang berjatuhan dari kegiatan perpeloncoan karena kegiatan MOS yang diwarnai dengan kekerasan serta tugas-tugas yang berat, tidak akan membentuk karakter siswa menjadi displin atau melatih mental tetapi sikap lain yang akan lebih tertanam yaitu balas dendam.