Sebelumnya, pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Gubernur Jenderal Daendels merintis pembangunan ekonomi wilayah, dimana ia melakukan perluasan perkebunan penduduk, penambahan jalan raya dan rancangan sawah baru.
Rencana rancangan sawah baru sudah ada pada tahun 1810 namun baru terselenggara pada awal tahun 1820an. Sumber air untuk mengairi sawah baru dapat diperoleh dengan membangun bendungan di Srengseng. Bendungan ini yang kelak disebut Setu Babakan.
Pada saat itu lahan-lahan persawahan beririgasi baru terletak di hulu sisi timur sungai ciliwung. Penyusunan saluran cipakancilan dan irigasi Kedong Badak dipimpin oleh Asisten/Residen Buitenzorg yang dibantu oleh Bupati Bogor dengan memijakkan penduduk.
Selama ini di Land Kedong Badak, Land Blubur dan Land cilibut hanya spesifik perkebunuan komoditi ekspor. Tetapi itu tidak mudah, sebab air berada di bawah. Dengan kata lain lahan-lahan yang potensial untuk sawah lebih tinggi dari struktur aliran air yang ada.
Perlu diketahui bahwa Perkampungan budaya Betawi menyimpan daya lingkungan alam asri yang sangat sukar ditemui ditengah bisingnya kota Jakarta. Warga sekitar masih belum mendapat sepenuhnya dalam peyusunan yang dikerjakan pengelola untuk meningkatkan tempat wisata tersebut.
Beberapa warga masih belum menyetujui ketika lahan yang biasanya dimanfaatkan berubah menjadi tempat wisata sehingga menimbulkan kesulitan warga dalam beraktivitas.
Sebagai daerah resapan air sekaligus tujuan wisata mendasar sumberdaya alam. Kepercayaan yang berkembang di masyarakat Setu Babakan merupakan hubungan melalui interaksi sosial di Setu Babakan yang mengarah pada kepentingan bersama, yaitu melestarikan serta mengembangkan budaya Betawi dan memberikan manfaat sosial ekonomi terhadap masyarakat sekitar Setu Babakan.
Interaksi sosial masyarakat Setu Babakan terjalin dengan sangat baik, hal tersebut terlihat dari kegiatan rutin masyarakat Setu Babakan.
Kegiatan rutin tersebut menjadi acara rutin tahunan yang diselenggarakan bersama masyarakat Setu Babakan dalam menunjukkan eksistensi budaya Betawi, kegiatan tersebut melibatkan beberapa kalangan yang ada di masyarakat.
Ikatan dalam jaringan sosial masyarakat Setu Babakan dilaksanakan sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang terdapat dalam masyarakat Betawi. nilai dan norma yang berkembang tersebut menjadi landasar berfikir dan berperilaku dalam masyarakat, hal tersebut terlihat dari aktivitas masyarakat Setu Babakan.
Hal tersebut juga terlihat dari aktivitas para pedagang yang terdapat di sekitar Setu Babakan. Jaringan sosial yang menjadi ikatan masyarakat Setu Babakan dalam melestarikan budaya Betawi merupakan hasil kerja antar orang ataupun kelompok dalam masyarakat, hingga mampu memberikan manfaat dan juga keuntungan terhadap masyarakat sekitar.
Teknik penyelidikan yang dipakai pada penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis regresi linear berganda, Individual Travel Cost Method, dan multiplier effect.
Hasil penyelidikan ini adalah pertimbangan nilai ekonomi wisata sebesar Rp 2.727.869.591,87 per tahun, dampak langsung sebesar Rp 512.134.333,89 per bulan, dampak ekonomi tidak langsung sebesar Rp 75.640.476,19 per bulan, dan dampak lanjutan sebesar Rp 54.725.884,52 per bulan.
jumlah pengunjung yang datang ke Setu Babakan dan pengeluaran mereka di kawasan wisata hendak memberi pengaruh langsung pada masyarakat sekitar. Salah satu contoh ialah pengaruh positif dan ada pula dampak negatif. Pengaruh positif dikenalnya kebudayaan lokal oleh wisatawan dan menyusun kesempatan usaha.
Selain itu, dengan memperluas jumlah wisatawan juga kemampuan mengemukakan dampak negatif bagi kawasan yang dikembangkan seperti kurang tepatnya penjadwalan dalam beroprasi kawasan wisata dapat melantarkan dampak yang sangat membebani terhadap sumberdaya alam dan masyarakat lokal seperti pencemaran dan transformasi sosial budaya masyarakat di sekitar kawasan.
Munculnya dampak negatif sebagai efek dari peningkatan wisata merupakan salah satu akar berkembangnya rancangan peningkatan pariwisata berkesinambungan beralas kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan, serta masyarakat lokal.