Segerombolan awan berlari kencang
Mengejar mawar yang tunggal
Diperebutkan hingga terhegemoni suasana
Terjebak dalam ruang-ruang hampa
Susah bagai menghitung pasir
Sulit dan mustahil seperti matahari
bersembunyi di siang hari
Datangmu mengarungi sejuta mimpi
Pesonamu tak henti menghantui
Bergentayangan dalam kehidupan
Hadirmu hanya secepat kilat
Tapi parasmu tetap teringat
Merasuk dalam pikiran
Bagai mahkota dibalik ibukota
Kau satu-satunya yang meluluhkan
Batu keras pun tak sanggup bertahan
Melihat parasmu seorang
Hingga  tetap terbayang-bayang
Kau memang pujaan
Jarak bukanlah ancaman bagai petir
Bukan pula akhir dari kehidupan
Tak terkikis walau milik orang
Kau memang berhak mengelak
Ijinkanku melegalkanmu kelak