Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Suara Reyot Kursi Singgasana Tanahku

5 Juni 2012   02:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:23 104 0

Suara kereyotan kursi singgasana di tanahku

berbisik tanpa tanda jeda. Suaranya ada

di kecipak air yang mengaliri pesawahan. Suaranya

ada di dengus ternak penunjang lemak tubuh. Bahkan, suaranya

terdengar nyaring di kolong-kolong meja kerja birokrat tanahku.

Suara itu penuh tanda tanya. Benak dan hati orang-orang

di tanahku bertanya, siapa yang akan menjadi

empu dari kursi singgasana, usai purna kali

kedua Sang Maharaja. Apakah nanti empunya singgasana

adalah sanak kerabat Sang Maharaja? Ataukah mantan permaisuri

yang bergalau hati? Ataukah dirinya, lelaki yang sedang berendam

di danau Dendam Tak Sudah?

Atau mungkin akan ada ksatria berzirah baru,

berpedang tajam, dan bermata elang?

Tanahku adalah tanah yang hijau namun kemerahan

Siapapun yang akan duduk di singgasananya

Adalah raja yang bijak menanam bunga di tanah hijau

Dan tegas menoreh merah di kanvas

Siapapun itu nanti, suara kereyotan singgasana

di tanahku membising, kini

hingga ku tak bisa mampu memejam mata

serta menenang hati

Jombang, Januari 2012

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun