Kedua konsep ini bertemu ketika sastra digunakan untuk mengkritik, merefleksikan, atau bahkan memengaruhi situasi politik. Sastra sering kali menjadi wadah untuk menyuarakan suara-suara yang terpinggirkan, mencerminkan kondisi sosial-politik, atau membayangkan dunia yang lebih ideal. Dengan kata lain, sastra dan politik sama-sama memiliki kekuatan untuk membentuk cara kita memahami dunia dan mengubahnya.
Sastra sering kali berperan sebagai cermin yang merefleksikan dinamika sosial-politik pada masa tertentu. Karya sastra tidak lahir dalam ruang kosong; ia tercipta dari pengalaman, pengamatan, dan pemahaman pengarang terhadap kondisi masyarakat di sekitarnya. Dengan demikian, sastra menjadi rekaman tak langsung dari berbagai isu politik, konflik sosial, hingga perjuangan ideologi yang berlangsung di suatu era.Sastra memiliki kemampuan untuk mengangkat isu-isu politik, seperti ketidakadilan, korupsi, atau tirani, dan menyampaikannya dengan cara yang menggugah emosi serta memprovokasi pemikiran. Berikut adalah beberapa karya sastra terkenal yang merefleksikan masalah-masalah tersebut: