Kata orang “First Love Never Die”, cinta pertama tak akan mati. Apa benar? Entah bener apa ga, kali ini gw mau sedikit berbagi ma temen2 tentang sebuah kisah nyata dua insan yang katanya lagi dimabuk asrama eh asmara yang notabene “cinta lama bersemi kembali” atau istilah kerennya CLBK.
Sebut saja Sari, seorang perempuan berusia sekitar 40-an tahun, bekerja di sebuah perusahaan garmen di Kota S. Sari mempunyai suami yang juga bekerja di sebuah PT di kota yang sama, sebut saja Roni. Dari 14 tahun usia pernikahan mereka, Sari dan Roni dikaruniai 2 orang anak laki-laki sebut saja Dafa dan Rasya. Meski sebenarnya Sari dan Roni ini dijodohkan orang tua mereka, tapi kehidupan rumah tangga mereka aman-aman saja sampai suatu ketika Sari menengok Budi yang lagi dirawat di Rumah Sakit di Kota S. Sejak itu, kehidupan rumah tangga Sari dan Roni mulai berubah. Budi adalah seorang guru olahraga di sebuah SD di Kota P yang notabene dulu pernah naksir dan deket dengan Sari waktu Sari masih duduk di bangku SMA di Kota P. Sari, Budi, dan Roni sebenarnya berasal dari Kota P. Memang, awalnya Sari ga ada niat apa2 menemui Budi, hanya sekedar ingin menjenguk orang sakit yang sebenarnya tetangga waktu di kampung di Kota P. Setelah Budi sembuh dan kembali di Kota P, hubungan Sari dan Budi menjadi lebih dekat. Mereka sering telfonan, sms-an. Awalnya hanya sekedar menanyakan kabar atau bertanya sedang apa. Tapi hari-hari berikutnya keakraban mereka bertambah dengan Budi yang sering curhat ke Sari. Budi sering bercerita tentang kehidupan rumah tangganya yang tidak harmonis. Ya, Budi sudah punya istri, sebut saja Fani. Mereka punya 2 orang anak, laki-laki dan perempuan sebut saja Alfi dan Hendra. Budi bercerita bahwa istrinya jarang masak, ga bisa ngurus suami. Budi sebenarnya sudah lama tidak tahan dengan keadaan ini. Dia juga bercerita bahwa dulu waktu anak pertama mereka, Alfi, masih kecil mereka sempat mau cerai. Tapi tidak jadi karena mereka tidak tega dengan Alfi yang masih kecil. Tapi anehnya kok mereka bisa tahan sampai punya 2 anak ya..hehe…J Dan setelah anak mereka sekarang dewasa, Budi justru mengungkit-ungkit lagi masalah itu. Dia seolah ingin mencari simpati dari Sari. Dan kenyataannya….taraaaaaaaaaa…..Sari pun merasa kasihan dengan keadaan Budi dan selalu dengan tekun menanggapi setiap kata yang keluar dari mulut Budi. Bagaimana dengan Roni? Ya..tentu saja Roni mulai dibakar api cemburu. Gimana enggak, hampir tiap malam Sari sibuk telfonan dan SMS-an dengan Budi. Tiap Roni protes dengan kebiasaan baru Sari ini, Sari hanya mengatakan ini sekedar obrolan biasa dengan teman, tak lebih. Rumah tangga Sari dan Roni mulai tidak harmonis. Setiap hari tidak ada yang dilewati tanpa pertengkaran. Saking kesalnya, Roni bercerita ke semua orang, ke tetangga, saudara2 di kampung, bahkan juga ke teman2 kantor Sari bahwa istrinya selingkuh dengan mantan pacarnya dulu. Mungkin Sari memang salah, tapi tak seharusnya pula Roni berkoar-koar seperti itu ke semua orang. Sama saja dia membuka aib dia sendiri. Karena suami istri bagaikan pakaian, yang seharusnya saling menjaga dan menutupi aib masing2.
Sementara Sari dan Budi semakin akrab saja dan di hati mereka mulai tumbuh cinta. Memang ada benernya pepatah Jawa yang mengatakan “Witing Trisno Jalaran Soko Kulino”, awalnya cinta karena kebiasaan. Ditambah lagi sebelumnya mereka memang pernah menjalin asmara. Sari mulai menemukan kenyamanan bila berkomunikasi dengan Budi daripada dengan suaminya sendiri, begitu juga dengan Budi. Sementara di Kampung asal Sari di Kota P, yang juga kampung Budi dan anak istrinya, Roni sibuk mengumbar aib istrinya sendiri. Bahkan dia menemui Fani, istri Budi untuk membicarakan tentang suami-istri mereka. Fani pun mulai mengumbar suara bahwa suaminya lagi tergila-gila dengan mantan pacarnya dulu yang sudah mengguna-guna suaminya. Keluarga Sari yang mendengar hal ini pun tidak terima. Walau bagaimana pun, yang namanya keluarga pasti akan membela. Lagian, Sari juga memang tidak mengguna-guna. Mereka mengaku memang saling cinta. Suasana di kampung halaman Sari tak kalah panas dengan suasana rumah tangga Sari di Kota S. Sepertinya kabar berita ini cepat sekali menyebar di kampung Sari bagaikan api yang melahap kayu kering.
Hari-hari mereka lalui dengan suasana yang makin tidak enak saja. Kata2 kotor selalu keluar dari mulut Roni. Tentu saja Sari semakin tidak simpatik dengan suaminya dan justru merasa nyaman dengan kehadiran Budi. Roni terus saja menyebar berita perselingkuhan ini ke tetangga dan teman2 kantor Sari. Tentu saja Sari merasa malu dengan tetangga dan teman2 kantornya, sampai akhirnya Sari memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya. Sebelumnya Roni pun sudah lebih dahulu keluar dari pekerjaannya dengan alasan sudah tidak cocok bekerja di sana. Setelah keluar dari pekerjaannya, Sari memilih kembali ke Kota P tapi tidak tinggal di kampung asalnya. Dia tinggal di kampung lain di rumah adiknya tapi masih di Kota P. Sebenarnya Sari ingin mengajak anak-anaknya tapi anak-anaknya tidak mau karena mereka tahunya ibu mereka salah. Ayah mereka tiap hari selalu meracuni mereka dengan mengatakan ibu mereka udah ga bener, mau kawin sama laki-laki lain. Sari pun menginginkan bercerai dengan Roni, tapi Roni mengatakan bahwa dia masih cinta dengan Sari dan tidak akan pernah menceraikan istrinya. Dengan berpindahnya Sari ke Kota P, membuat pertemuan antara Sari dan Budi menjadi lebih gampang, ketimbang sebelumnya yang harus menempuh jarak 100an KM dari Kota P ke Kota S. Hubungan mereka menjadi lebih dekat dan cinta di antara mereka menjadi lebih bersemi, bahkan Budi menyisihkan sebagian gajinya khusus untuk Sari. Budi juga membantu Sari membuka usaha toko aksesoris di kampung Sari. Mulai dari mencari tempat di pasar, membenahi toko, membeli barang dagangan bahkan sampai modalnya pun dibantu oleh Budi. Sepertinya Budi menemukan kembali cinta sejati yang tidak bisa diraihnya dulu karena dia tidak PD untuk melamar Sari ke orangtuanya dulu karena dia merasa hanya anak orang miskin dan masih jadi guru honorer. Sementara orang tua Sari termasuk orang sukses di kampungnya yang sanggup membiayai kuliah Sari. Padahal jaman dahulu masih jarang orang kuliah.
Setelah menemukan cinta lamanya, seolah Budi tak mau lagi kehilangan cintanya itu. Dia pun mulai sibuk mengurus proses perceraian dengan istrinya. Dan tentu tidak gampang, karena Budi seorang PNS. Dia harus mendapat persetujuan dari Kepala Dinas untuk bisa mengurus perceraian ini. Tapi Budi sudah berjanji, setelah proses perceraian mereka dengan pasangan masing2 beres, Budi akan segera menikahi Sari. Sari pun berbunga-bunga. Meski keluarga Sari sudah berulang-ulang menasehati, Sari tetep kekeuh ingin menikah dengan Budi, cinta pertamanya. Dia pun mendesak suaminya agar segera mengurus proses perceraian. Sementara itu, toko Sari mulai banyak pelanggan dan laris. Klo barang dagangan Sari habis, Sari minta diantar Budi untuk membelinya ke Kota K yang terkenal murah untuk harga aksesoris maupun fashionnya. Sari dan Budi seperti kembali menjadi ABG yang dimabuk asmara, keman-mana selalu berdua. Apa ini yang namanya puber kedua ya? Haha…
Nah gimana kisah selanjutnya..Tunggu saja yach :)