Ungkapan ini mungkin menggambarkan realitas kehidupan yang acap kali terasa "kasar" atau "brutal." Kehidupan, bagaimanapun, tidak selalu berjalan mulus. Kita semua pernah menghadapi momen-momen di mana dunia tampak tidak berpihak: rencana yang gagal, harapan yang hancur, dan hal-hal yang kita impikan justru menjauh. Inilah mungkin yang ingin disampaikan Nadin bahwa kehidupan, layaknya seorang bajingan, bisa tak terduga, tidak peduli, dan acap kali membuat kita merasa tertinggal atau dihancurkan.
Namun, di sisi lain, kalimat itu juga bisa dipandang sebagai pengingat bahwa kehidupan tidak selalu bisa dikendalikan sepenuhnya. Seperti bajingan yang tidak mematuhi aturan, hidup kadang membawa kita ke arah yang tidak kita pilih. Tapi, justru dalam ketidakpastian itulah kita belajar banyak hal tentang diri kita sendiri, tentang ketahanan, tentang bagaimana menghadapi rintangan tanpa kehilangan arah.
Nadin, melalui lirik ini, seakan menyentuh sisi-sisi gelap dari pengalaman hidup yang sering kali kita hindari untuk bicarakan. "Hidup berjalan seperti bajingan" bisa jadi adalah caranya mengatakan bahwa kita harus menerima bahwa hidup tidak selalu adil, dan kadang kita hanya bisa beradaptasi dengan alurnya. Ini bukan berarti menyerah, melainkan memahami bahwa tidak semua hal dapat diatur sesuai keinginan kita.
Pada akhirnya, hidup memang kadang terasa seperti "bajingan" tidak terduga, penuh rintangan, bahkan tampak kejam. Namun, dari setiap belokan tak terduga, selalu ada pelajaran, ada kekuatan yang ditemukan, dan ada cerita yang lebih kompleks yang kita tulis bersama hidup kita.