Secara naluriah, kita ingin diperlakukan dengan baik. Oleh karena itu, kita berusaha untuk menunjukkan kebaikan dan empati kepada orang lain. Ini adalah bagian dari ajaran agama, norma sosial, dan moral yang kita anut sejak kecil. Kita diajari bahwa dengan bersikap baik, kita akan mendapatkan penghargaan, rasa hormat, dan perlakuan yang baik pula.
Selain itu, memperlakukan orang lain dengan baik juga membuat kita merasa lebih baik tentang diri sendiri. Kebaikan bisa menjadi sumber kebahagiaan, dan memberi tanpa mengharapkan balasan adalah tanda dari kebesaran hati. Banyak orang yang tetap berbuat baik meskipun mereka tahu bahwa tidak selalu ada balasan langsung karena kebaikan sejatinya datang dari niat yang tulus.
Sayangnya, realita sering kali berbeda dari harapan. Dalam kenyataannya, tidak semua orang akan memperlakukan kita dengan baik, bahkan ketika kita telah berusaha sebaik mungkin. Ada orang-orang yang, karena sifat, pengalaman, atau pilihan hidup mereka, cenderung egois, manipulatif, atau bahkan memanfaatkan kebaikan kita untuk keuntungan pribadi. Inilah yang membuat banyak orang merasa kecewa dan terluka setelah berbuat baik.
Memperlakukan orang lain dengan baik adalah nilai yang sangat mulia dan patut dipertahankan. Namun, kita juga harus realistis dalam memahami bahwa tidak semua orang akan membalas kebaikan kita. Ada orang-orang yang tidak mampu atau tidak mau memperlakukan kita dengan baik, meskipun kita telah bersikap sebaik mungkin. Karena itu, menjaga keseimbangan antara berbuat baik dan melindungi diri dari orang yang mungkin memanfaatkan atau melukai kita adalah penting.
Pada akhirnya, kebaikan adalah cerminan diri kita sendiri. Teruslah berbuat baik, namun bijaklah dalam memilih siapa yang pantas menerima kebaikan itu, dan jangan biarkan kekecewaan merusak niat baikmu.