Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Di Balik Rangka Baja

16 September 2024   16:28 Diperbarui: 16 September 2024   16:47 23 0
Hari itu matahari terasa terik, dan Arga---seorang mahasiswa teknik sipil---berdiri di tengah lapangan proyek dengan helm kuning yang sudah penuh goresan. Ia menatap rangka baja yang menjulang, bangunan yang suatu hari akan berdiri megah, berkat hitungannya dan tim. Namun di balik kerasnya pekerjaan, ada dilema yang terus menghantui pikirannya.

Arga bukanlah mahasiswa teknik biasa. Ketika teman-temannya fokus pada cetak biru dan kekuatan material, ia sering kali melamun tentang impian lamanya---menjadi seorang penulis. Namun, ia sadar bahwa jalan yang ditempuhnya sekarang sudah jauh dari dunia sastra.

Setiap malam, di balik layar laptop yang penuh dengan rumus dan simulasi beban, Arga menulis. Cerita-cerita yang ia tulis adalah pelariannya dari dunia teknik yang kaku, penuh angka dan persamaan. Namun ia merasa takut, bahwa hidupnya akan tersesat di antara besi dan beton, tanpa pernah menelurkan satu buku pun.

Suatu hari, dosen pembimbing proyek mengadakan lomba desain struktur paling inovatif. Arga terpaksa mendaftarkan diri meskipun semangatnya tak besar. Di saat yang sama, fakultas sastra mengadakan lomba menulis cerpen. Dilema ini menjadi sangat nyata: teknik atau sastra? Ia tahu tak mungkin melakukan keduanya dengan baik sekaligus.

Di hari terakhir pengumpulan karya, Arga akhirnya membuat keputusan yang mengejutkan banyak orang, termasuk dirinya sendiri. Ia tidak hanya menyelesaikan desain terbaik untuk lomba teknik, tetapi juga menulis cerpen yang paling emosional tentang perjuangan hidup mahasiswa teknik.

Cerpen itu berjudul "Rangka Baja yang Rapuh"---cerita tentang bangunan yang kokoh namun memiliki pondasi emosional yang lemah. Ternyata, tulisan Arga memenangkan lomba menulis fakultas sastra. Sementara itu, desainnya juga mendapat pujian dalam lomba teknik, meski hanya mendapat peringkat kedua.

Pada akhirnya, Arga menyadari bahwa hidup tidak harus selalu memilih salah satu jalan. Ia bisa menjadi mahasiswa teknik yang mencintai sastra. Dan di sanalah ia berdiri, di bawah rangka baja, dengan sebuah pena di saku, siap membangun dunia nyata dan dunia imajinasinya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun