Badanku terbungkus sedikit harapan kini, ingin lolos segera agar tak ada lagi kesakitan terperi. Namun, catatan noda itu menghalangi. Takutku siksa yang kudapati. Ingin kutebus dahulu agar ringan langkahku pergi.
Mengingat belahan nyawa, senyumku terkembang. Ingin menyusulnya ke peraduan. Ada gemintang memayung. Ada rembulan sempurna memancar. Indah nian.
Lalu nyata itu memukuli pandanganku. Tangan keriput yang pagi ini mengusap kening, menampar kesadaran. Harusnya aku yang melayani, bukan aku yang terkapar tak tahu diri.
Tuhan, kurelakan keindahan itu tak kuraih dahulu. Beri aku kesempatan perbaiki yang tlah berlalu. Biarkan aku mengabdi untuk pemilik jiwa sepuh itu. Beri aku nyawa lagi, untuk hidup bersamanya lagi.