Dia menidurinya, sama seperti kau dulu. Hanya beda keluh, beda rengkuh, beda lenguh.
"Bu, aku mau sembuh."
Katanya padaku kini. Sorot harap nan membesar buatku bergetar.
"Ibu ada untukmu Le."
Persis yang kuucapkan kala seribu hari lalu padamu.
"Aku selalu ada untukmu Mas."
Kunang-kunang kenang berkelindan. Kau tetap meninggalkan meski kukatakan aku ada.
Aku menemaninya kini, tubuh terbujur, selang menghiasi beberapa badan.
"Biarkan dia hidup untukku Tuhan."