Dengan semangat nasukha, tidak mengulangi lagi, maka optimisme menjadi insan kamil, manusia sempurna, insya Allah akan diperoleh. Dengan sederet tekad, melaksanakan perintahnya, menjauhi larangannya. Bukan hanya berkaitan dengan ibadah vertikal, seperti sholat atau membaca qur'an, lebih dari mengamalkan isi Alquran dalam bentuk ibadah horisontal pula.
Berkaitan dengan muamalah, hubungan antara manusia dengan manusia agar tercipta kesalihan sosial. Terbentuk harmoni dengan seluruh penduduk bumi, tanpa memandang latar belakang, suku, ras, etnis bahkan agama. Saling memghormati ini demikian pentingnya supaya damai kehidupan benar benar terasa. Tidak ada perselisihan, tak ada caci maki amarah. Yang ada tebar kasih sayang untuk seluruh umat manusia. Rahmatan lil Alamin.
Optimisme yang dirasakan kaum muslim saat Ramadan ini sama visi dengan yang di dialami umat buda saat ini. Waisak mestinya dirayakan gebyar besar-besaran dalam satu area. Saling memberi ucapan selamat atas hari kelahiran sang Budha. Menyampaikan pesan damai, sejahtera untuk makhluk dunia, terkhusus manusia. Namun kali ini, perayaan itu cukup live streaming. Tidak bisa dilakukan di satu tempat.
Sama dengan umat muslim saat Ramadan kali ini. Tarawih tak bisa lagi seleluasa seperti Ramadan tahun-tahun sebelumnya. Jamaah fardhu bahkan sholat Jum'at di beberapa tempat ditiadakan, diganti duhur di rumah saja. Padahal sholat Jum'at identik dengan Jamaah. Juga kegiatan ritual ibadah lain, tadarus, sholat fardu. Lockdown membuat kami, umat muslim tidak bisa melaksanakan semua itu.
Demi apakah? Untuk usainya pandemi, agar segera berakhir penyebaran virus Covid-19. Kalau kami taat anjuran, Insya Allah segera usai hantu Corona ini. Diganti dengan kehidupan lebih baik. Udara bumi, tertutupnya Ozon, memberikan sinyal itu. Kami optimis sesudah pandemi, segalanya akan kembali normal, bahkan lebih indah untuk kita menjalani kehidupan ini.
Dengan latihan terus ini, saya yakin kondisi kesehatan masyarakat ke depan makin terjaga, kualitasnya makin baik. Cuci tangan, cuci kaki, rajin mandi, ganti baju, memakai masker, menghindari kontak dengan orang sakit, jaga jarak merupakan latihan yang sangat bagus untuk pembiasaan hidup bersih dan sehat. Salah satu parameter kualitas kehidupan yang bagus sebuah bangsa.
Hari Raya Waisak perayaannya setali tiga uang dengan Ramadan. Sungguh saya apresiasi keputusan untuk tidak merayakannya secara besar-besaran. Cukup live streaming juga saling ucap via media online.
Seperti dilansir TRIBUNTERNATE.COM - Perayaan Hari Raya Waisak tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Kementerian Agama Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Budha menyampaikan sejumlah Lembaga/Majelis Agama Budha memfasilitasi pujabakti dan meditasi detik-detik Waisak secara live streaming.
Sejumlah kanal digital bisa dimanfaatkan para umat Budha untuk mengikuti siaran rangkaian perayaan Waisak 2020. Itu dilakukan untuk mengurangi potensi pengumpulan massa selama pandemi Corona. Ini mengakibatan perayaan Hari Raya Waisak 2020 dijalankan di kediamaan masing-masing.
Saya yakin keadaan tersebut tidak mengurangi esensi perayaan Waisak itu sendiri. Pasti umat Budha sudah faham betul tentang hal ini. Seperti kami memaklumi keadaan akibat pandemi ini.
Kita sama menahan diri, patuh dalam arti yang sesungguhnya pada anjuran. Ini untuk kebaikan kita bersama. Tidak muslim tidak juga Budha, atau yang lainnya. Kita sama pula berkepentingan untuk menghirup udara sehat di bumi ini.