Kutemukan bangku di taman basah, sisa tirta dini hari semalam. Saat persimpangan malam getar wirid tak henti dikumandangkan. Dalam kebisuan hanya gumam debar yang dipantulkan. Dari bibir penuh sesal dan badai air mata di raut mukanya.
Ranting berbicara, menyuarakan derita siang, hinggap bergayut ingin lepaskan beban. Rembulan bebaskan pengasingan, sambut hangat lolongan, hantarkan pada penguasa langit teratas.
Tersenyum. Cahanya menyunggingkan kepuasan.
Di persimpangan malam, amukan sesal sisa mata terbuka kuhidangkan. Memejam, berhitung alpa, tak cukup angka. Hingga kutemukan terang lagi, sedikit sinar menerpa.
Kaki melangkah sekelebatan bayangan, inginku tak ada lagi torehan sayatan. Saat ramai dunia dalam genggaman. Hingga tiba lagi kutekuri bilangan jalan. Sampai tiba waktu berkaca, di persimpangan malam
Anis Hidayatie