Adalah kau yang kujalari ranting terlembut palung hati, yang kucecapi namamu dalam tiap hela nafasku, yang tak henti rupa teduh itu melintas lintas meretas relung kalbu. Kulabuhkan hatiku, hanya padamu, pesona raga yang debarnya mampu buat angan mengembara.
Secangkir kopi tlah kunikmati bersamamu tadi malam
Kusruput dengan mata terpejam
Mengeja uapnya dalam aroma cinta yang paling dalam
Tak kusembunyikan senyumku, demi rona rekah wajahmu, kusimpulkan sajian terindah dari yang kupunya untukmu.
" Terimakasih duhai lelakiku yang berbelah rambut kanan dengan pesona tampan. Untuk nikmat kopi malam ini." Begitu kataku untukmu saat itu.
Hening, semilir bayu malam menerpa dua jiwa dalam alunan kidung kasmaran. Temaram bulan tak lagi malu menampakkan cahaya hasrat yang geloranya makin tampak menggairahkan, jelaga malam menorehkan keinginan terpendam. Burung hantu menyaksikan, iri menatap dua pandang netra yang saling kasih dengan ketulusan.
Jangkar cinta tlah terlempar tepat pada sasaran. Tak ada penolakan, dupa asmara tlah ditiupkan. Wanginya memenuhi ruang hati yang rindu hirup kehangatan. Apalagi yang kuinginkan? Selain cinta dilabuhkan di dermaga hati yang menginginkan?