"Bung, kreativitas tak kenal umur. Menulislah sampai darahmu kering dan nafasmu tersengal." Aku tak menangkap kata-katanya, pikiranku sibuk menebak dimana Alice.
"Ah, jangan-jangan dia masih di TIM, atau di Swedia, menikmati hadiah Nobel yang diterimanya."
............
Sejak kebiasaan melihat dan mendengar makin subur, maka menulis jadi kebiasaan yang langka yang hanya berkembangan di kalangan terbatas.
Siapa yang mengatakan menulis itu gampang? Coba saja menulis prosa ~ cerpen atau novel ~ atau puisi tak semudah dibayangkan.  Ada saja yang menjegalmu, terutama dari dalam dirimu. Ragu menerakan kata pertama, bimbang akan kualitas tulisan, atau tak henti bertanya-tanya  tentang gagasan yang menarik dan abadi.
Betul, cerita ada di mana-mana bahkan kita lahir dalam kubangan cerita. Cerita bunda sebelum tidur, gosip di kalangan perempuan, percakapan di warteg, anekdot di koran-koran. Malah kita tumbuh dan menua bersama cerita, tentang perebutan kekuasaan, tokoh-tokoh yang korupsi, tetangga yang kesulitan mendapatkan pekerjaan.. pokoknya macam-macam.
Dan kini, kemenangan bunda Alice Monru (82) atas Anugerah Nobel Kesusasteraan menyadarkan kembali akan pentingnya kebiasaan membaca dan menulis.
..................
Jika dulu aku tidak menghentikan kegiatan tulis-menulis cerpen dengan beralih ke scenario film, bisa jadi tahun 2013 ini aku yang bersaing dengan Alice Monru dan bukan dengan Haruki Murakami.
Hahaha...
Ang Jasman
10/2013