Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Aku Rindu Pelabuhan

24 Juli 2011   13:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:25 66 2
Semilir-semilir angin mengindahkan layar kapal yang tertembus seberkas warna senja. Dalam diam, air laut tak henti menyuarakan gemerisik, mengecupkan sebuah ketenangan. Beriringan dengan itu, merpati-merpati mulai mencari pulangnya, sembari berseru, ia menyampaikan sebuah rindu.

Aku memejamkan mata sejenak, mencari-cari potret wajahmu. Di manakah, masih adakah. Ah, seharusnya tak perlu kuragukan, kau masih hangat dan harum di hatiku. Di setiap udara-udara ini, aku bisa menemukan senyum dan tawamu.  Di setiap berkas-berkas cahaya lampu pelabuhan yang mulai dinyalakan ini, aku bisa menemukan hangat sentuhanmu. Di setiap sayup suara hewan malam yang mulai mengusir senyap ini, aku bisa menemukan pelan nafasmu. Di pelabuhan, serasa di sampingmu (lagi).

Rambutku yang tertiup angin, gemerincing kecil gesekan bulir manik kalungku, serta kedipan mata yang mengusir dinginnya, seolah tak jenuh mengoyak memori-memori tentangmu.

Bau kerah bajumu, permen-permen yang ada di saku jaketmu, dan tanganmu yang tak pernah letih memainkan gelangku. atau sweater wolmu yang selalu menjerat antingku, rambut-rambut halus di janggutmu yang menyentuh keningku, dan kakimu yang selalu tercelup air ketika kita duduk di jembatan.

Sungguh, aku rindu ketika petang menyapa di pelabuhan, waktu kita biasa membelai canda, tempat kita biasa mengadu cerita cinta..

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun