Malang -- Gastroenteritis, atau lebih dikenal sebagai penyakit diare akut, menjadi salah satu penyebab utama kematian pada anak di bawah usia lima tahun. Kondisi ini sering kali diiringi dengan gejala dehidrasi yang berbahaya, dan jika tidak ditangani dengan cepat, dapat berujung pada tingkat kematian yang tinggi. Menurut Ika Rizki Anggraini dan Ain Rohmah, dosen keperawatan dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), ada beberapa faktor risiko utama yang memicu terjadinya gastroenteritis, seperti buruknya kebersihan, kurangnya akses terhadap air bersih, serta minimnya pengetahuan orang tua, terutama ibu, tentang cara mencegah dan menangani penyakit ini.
Dalam upaya untuk mengurangi angka kejadian gastroenteritis pada anak, edukasi kesehatan menjadi langkah yang sangat penting. "Peningkatan pemahaman ibu mengenai gastroenteritis tidak hanya dapat membantu mencegah penyakit ini, tetapi juga mempercepat penanganannya sebelum kondisi anak memburuk," jelas Ika Rizki Anggraini. Oleh karena itu, metode pemberian edukasi kesehatan yang efektif dan mudah diakses oleh masyarakat menjadi prioritas.
Salah satu cara yang telah terbukti efektif adalah memanfaatkan teknologi komunikasi, seperti WhatsApp bot, yang dapat digunakan untuk menyebarkan informasi kesehatan secara luas. Media ini dinilai mampu menjangkau lebih banyak ibu rumah tangga yang sering menggunakan aplikasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Ain Rohmah menambahkan bahwa edukasi kesehatan melalui WhatsApp bot memberikan kemudahan bagi ibu untuk mendapatkan informasi secara cepat dan tepat waktu. "Pesan yang disampaikan melalui WhatsApp bot dapat dirancang sederhana dan informatif, sehingga ibu-ibu dapat memahami langkah-langkah pencegahan dan penanganan gastroenteritis tanpa perlu mencari sumber informasi lain," ujarnya.
Selain itu, metode konvensional seperti ceramah kesehatan juga masih memiliki peran yang signifikan dalam memberikan pemahaman mendalam kepada masyarakat. Melalui sesi tatap muka ini, peserta dapat berinteraksi langsung dengan pemateri untuk bertanya atau berkonsultasi. "Ceramah kesehatan memungkinkan kami memberikan penjelasan yang lebih detail dan menjawab pertanyaan-pertanyaan spesifik dari ibu-ibu," tambah Ika Rizki Anggraini. Kombinasi antara teknologi modern dan pendekatan tradisional ini diharapkan dapat memberikan hasil yang optimal dalam meningkatkan pengetahuan ibu mengenai gastroenteritis.
Selain edukasi, menjaga kebersihan lingkungan dan memastikan akses terhadap air bersih juga menjadi langkah penting yang tidak boleh diabaikan. Ika dan Ain menekankan bahwa upaya pencegahan ini harus dimulai dari hal-hal sederhana, seperti mencuci tangan dengan sabun, memastikan makanan yang dikonsumsi anak dalam kondisi bersih, serta menghindari penggunaan air yang terkontaminasi.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan kasus gastroenteritis pada anak dapat ditekan, dan angka kematian akibat penyakit ini dapat berkurang secara signifikan. Edukasi kesehatan yang berkelanjutan, didukung oleh partisipasi aktif dari masyarakat, adalah kunci untuk mewujudkan generasi anak yang lebih sehat dan kuat di masa depan.