Aku melihat para pemimpin yang bertopeng
Wajah-wajah dingin yang berkelebatÂ
dalam kabut samar dalam kelam dalam diam
Aku menyaksikanÂ
wajah pemimpin serakah yang menjarah
Melahap apa sajaÂ
meski sudah diberikanÂ
segalanya dengan berlimpah ruah
Lalu kenapa rakyat hanya kamu beri remah-remah?
Dari sisa-sisa meja makan si serakahÂ
yang kamu lap hingga berserak tumpah
Aku menyaksikan negeriku tercinta
selalu dikeduk kekayaannya
Sampai merunduk-runduk bungkukÂ
oleh para pemimpin culas berhati busuk
bertangan kasar kuat dan culas
dengan kekuasaan tak terbatas
Kuku lancip mencengkeram rakyat tertindas
menggorok tajam pisau cukurÂ
Mengalirkan darah hitam kesengsaraan alam kubur
Menuai kebodohan, kemiskinan, tak terukur
Wahai para pemimpin berwajah kubanganÂ
ditutupi topeng-topeng kemunafikan
Bersembunyi di balik wajah lembut nian
mengatasnamakan rakyat yang tersudutkan
Kenapa kau tega merusak bangsa dan negerimu sendiri?
Sambil bertepuk dada pongah, terus berdiriÂ
Atas nama rakyat, nusa, dan bangsa ini