Memang Uswatun sendiri tak membayangkan bisa melanjutkan sekolah, apalagi dengan jadwal fleksibel seperti ini, tak berbenturan dengan pekerjaanya.
Uswatun berasal dari Desa Jagalampeni, Kecamatan Wanasari, Brebes. Ia hanya lulus Madrasah Tsanawiyah (Mts) Wahid Hasyim.
Saat itu, keinginan Uswatun melanjutkan sekolah sebenarnya cukup besar. Namun kondisi ekonomi keluarganya tak memungkinkan. Bapaknya hanya seorang kuli kasar, kadang menjadi buruh tani. Sementara ibunya berjualan jajanan di rumah untuk membantu pemasukan keluarga.
Kondisi ini membuat Uswatun akhirnya kursus menjahit, sampai kemudian memutuskan merantau ke Depok Jawa Barar untuk bekerja sebagai karyawan toko.
Selama bekerja, impian Uswatun untuk melanjutkan sekolah ternyata tidak pernah surut. Ia masih berusaha mengumpulkan uang agar suatu saat bisa melanjutkan sekolah. Tapi kadang uang itu harus ia kirimkan ke rumah untuk menbantu orangtuanya.
Ia juga rajin mencari informasi barangkali ada sekolah yang bisa memungkinkan sambil bekerja, tentu saja dengan biaya murah. Namun tidak pernah ada.
Barulah setelah tiga tahun bekerja di Depok, mantan gurunya di MTs tiba-tiba memberi kabar program Sekolah Virtual yang digagas Gubernur Ganjar Pranowo. Uswatun pun sumringah tak karuan. Ia merasa doanya terkabul.
Tak menunggu waktu lama, ia langsung mengumpulkan berkas persyaratan yang dibutuhkan, dari ijasah, Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional, akta kelahiran sampai kartu keluarga.
Setelah dinyatakan memenuhi syarat, Uswatun kemudian mendapat handphone (HP), kuota internet 15 giga dan buku-buku pelajaran. Fasilitas ini membuat semangat Uswatun makin menyala.
Uswatun pun resmi mengikuti sekolah virtual bersama 35 siswa lainnya. Yang mengejutkan, teman-teman Uswarun juga warga Jateng yang kini merantau, bahkan ada yang bekerja di Malaysia sebagai karyawan pabrik.
Selama mengikuti belajar mengajar, mata pelajaran yang diberikan sama seperti sekolah formal. Ijasahnya pun tidak ada bedanya dengan sekolah negeri lainnya. Bedanya materi yang diberikan ada yang lewat zoom, google class room, ataupun WhatsApps. Dan itu membuat Uswatun bisa tetap bekerja.
Malam ini pukul 19.00, ia sudah duduk di kursi kontrakannya dengan ponsel di tangan untuk mendengarkan materi yang diberikan gurunya. Ia akan mengikuti pelajaran sampai pukul 22.00.
Sekolah Virtual memang digagas untuk memberikan kesempatan anak putus sekolah melanjutkan pendidikannya. Didirikan pertama kali pada 2020, dan sementara ini hanya digelar di SMAN 3 Brebes dan SMAN 1 Kemusu, Boyolali.
Tak menutup kemungkinan sekolah ini akan berkembang dan akan semakin banyak sekolah yang ditunjuk di daerah. Sekolah ini adalah gambaran bahwa pendidikan tak mengenal batas, namun terutama adalah sarana menumpahkan hasrat belajar untuk masa depan yang lebih baik, sebab masih banyak Uswatun Uswatun lain di luar sana---