Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

Bagian 16 : Pesan Pendek

4 Februari 2012   01:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:05 232 0
Aku sampai Lampung sudah mendekati subuh, tepatnya masih tengah malam. Pukul 02.00 malam. Recepsionist hotel menyambutku ramah. Aku tak menyangka juga mendapatkan hotel yang  lumayan nyaman. Aku menempati kamar hotel yang tidak terlalu besar, tapi kuperiksa semuanya dalam keadaan yang sangat nyaman. Ada teras kecil pula disamping kamarku. Aku teringat Robert. Rasanya ingin kurebahkan badanku tapi aku tak bisa melupakan Robert. sudah hampir tiga bulan ini weekendku tak kulewatkan bersamanya. Tapi tak ada yang kurasakan. Aku serasa mati sepertinya, tapi ini harus kulewati.

Kemarin aku melewati hari ulang tahunnya dengan perjalanan panjang. Aku benar-benar melupakannya, tapi aku tetap tak bisa. Teras mungil itu mengingatkanku padanya. Ternyata aku merindukannya. Ingin rasanya kupencet tut-tut ponsel dan menelponya tengah malam begini. Ini biasanya kulakukan bersama Robert jika kami sama-sama sibuk bergadang bekerja masing-masing hingga pulsa habis, atau baterai ponsel mati. Atau hingga aku ketiduran.

Aku mengganti pakaianku dan membenamkan diriku dalam shower malam ini. Air hangatnya rasanya tak mampu mengobati dinginnya malam. Aku benar-benar terluka sebenarnya, walapun aku berusaha sekuat tenagaku untuk bertahan.

Tak ada yang mampu kulakukan saat ini. Dia sudah menjadi milik orang lain, walaupun aku tau aku masih bisa merebutnya kembali. Tapi tak mungkin kulakukan dan menyakiti perempuan lain. Aku tak ingin menyakiti siapa-siapa. Rasa ini saja yang belum dapat aku taklukkan. Ingin sekali tidur nyenyak malam ini, dan esok hingga seminggu kedepan aku akan disibukkan dengan berbagai hal. Minimal seminggu ini aku mampu melupakan Robert dan smeua kepenatanku ini.

Atau mungkin aku dapat berkenalan dengan laki-laki lain, dan melupakan Robert dengan cepat. Kadang aku berharap begitu, mengenal orang lain dan melupakan masa lalu. Seperti aku mencoba mengenal Robert, untuk melupakan Sandi. Tapi akhirnya aku menyakiti diriku sendiri. Aku mengabaikan diriku sendiri dan menyiksa diriku sendiri.

Yah, aku mampu melupakan Sandi. Namun sebenarnya aku tetap mengharapkannya. Aku tetap saja merasakan bahwa dia selalu menjagaku, walau kutau pula Sandi pernah menjalin hubungan dengan beberapa perempuan selama di Belanda. Mungkin aku bukan ekspektasinya, aku bukan perempuan yang diinginkannya. Aku memang tak pernah diinginkan menjadi seperti apa. Sebenarnya hal itulah yang membuatku marah sekali terhadapnya. Aku tak pernah melupakan Sandi. Tapi Robert membuatku gila dan dengan santai melupakan semua mengenai Sandi.

Ini gila, cinta terlalu buta. Terlalu buta untuk menjadikanku rasional.

Le, kau di Lampung?

Aku juga di Lampung.

Aku ingin bicara padamu Le.

Izinkan. Sekali ini saja.

Sent : 26/01/2012

02:10:01

Kuketik pula beberapa kalimat.

Kau ingin bicara apa?

Jangan ganggu aku lagi.

Tuts layar handphoneku berkedip-kedip, tapi belum kukirim juga. Aku tak sanggup menghadapinya. Apa yang ingin kukatakan jika bertemunya. Aku pula tak bisa menghindari perasaanku. Aku pula tak bisa mencegah perasaanku. Aku tertidur pulas akhirnya, dengan tuts ponsel berkedip kedip.

Save to draft.

—

Kabarku baik-baik saja Le.

Jangan cemaskan aku Le.

Aku sudah mulai mempersiapkan

Kembali ke Indonesia

pasti kau bahagia.

Sent : 27/01/2012

06:10:01

Aku tersenyum melihat pesan pendek Sandi kali ini. Sepertinya semua cara memohonku membalas pesan pendeknya tidak pernah kuladeni, akhirnya dia menggunakan cara-cara nakal untuk menghubungiku. Aku luluh juga dan membalas pesan pendeknya. Namun aku memberi jeda waktu untuk menghubunginya dan membalas pesan pendeknya. Aku memikirkan apa yang akan aku balas agar aku tak terkesan merindukannya pula. Well, pada waktu yang bersamaan merindukan dua orang bersamaan.

Alhamdulillah.

Sent : 27/01/2012

06:17:02

Hanya itu?

Tak usah terlalu mencemaskanku J

Sent : 27/01/2012

06:18:01

Well, sepertinya dia mampu melumpuhkanku kali ini. Oke, akan kulupakan sejenak kepenatan dengan Robert. Well, aku mulai menjatuhkan diriku pada keadaan semu. Kubiarkan Sandi kembali masuk dan datang menemuiku, walau aku tak ingin. Minimal aku tak penat dalam sarapan pagi ini.

Entah angin darimana aku berpikiran sedikit brutal pagi ini. Mungkin aku termakan oleh banyak hal yang kulakukan. Menggunakan Robert untuk melupakan Sandi. Melupakan Robert dengan Sandi. Aku terlalu jahat sebenarnya, tapi sudah kubilang sepertinya, cinta terlalu buta. Oh Tuhan, apakah Sandi memang jodohku, ataukah Robert? aku terlalu lelah sendiri Tuhan. Aku terlalu lelah. Terlalu lelah.

Kabari aku kapan keberangkatanmu.

Sent : 27/01/2012

06:19:05

Iya darl, tak sabar mengacak rambutmu.

Sent : 27/01/2012

06:22:02

Kubaca pesan singkatnya yang terakhir setelah aku mandi. Jam dinding kamar ini menunjukkan pukul 06.58.01. berarti hampir 30 menit aku merendam diriku dalam bath up. Membaca pesan pendek dari Sandi membuatku setengah gila. Darl, Oh my God, aku seperti kembali remaja lagi. Apakah ini Tuhan jawabannya. Apakah ini jawaban atas kegelisahanku. Sandi tak pernah menduakan perempuan manapun. Berarti saat ini dia sendiri. Berarti teman perempuannya yang kemarin bukan pacarnya atau istrinya. Aku diantara tak percaya atau berharap penuh. Aku mulai merasakan hal aneh lagi. Tapi tak mungkin.

Tok tok tok. Pintu kamarku diketuk orang. Aku melihat dari lubang, kulihat Sinta sedang didepan. Aku hanya menggunakan  piyama handuk saja dengan rambut basah yang kuikat dnegan handuk. Aku melonggokan kepalaku dan meminta Sinta masuk.

‘maaf kak, Sinta hanya mengingatkan sarapan pagi di lantai tiga ya kak. Kita mulai pukul delapan pagi’, katanya sopan.

‘oke Sinta terima kasih. Masuklah’, kataku.

‘makasih kak, Sinta harus mengingatkan peserta lainnya’, ungkapnya sopan.

‘oke Sinta. Sebentar lagi saya kebawah ya’, kataku.

Aku bergegas mengambil ponselku lagi dan membaca berulang-ulang apa yang dikatakan Sandi. Kupikir pesan singkatnya yang terakhir tak usah direspon, karena aku harus menyakinkan diri dulu bahwa Sandi saat ini berstatus lajang. Aku tersenyum kegirangan, mengeringkan rambutku berdandan dan bergegas ke restoran.

Aku sarapan dengan perasaan bahagia. Perempuan kadang memang sering aneh. (J50K 881)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun