Tukul dan sabit atau yang lebih dikenal dengan palu dan arit ini merupakan sebuah alat penting yang digunakan oleh golongan pekerja yaitu golongan buruh dan petani. Palu dan arit menjadi kian terkenal semenjak dua alat pekerja ini menjadi simbol sebuah ideologi dunia. Ideologi tersebut merupakan komunisme.
Sebenarnya lambang palu dan arit ini tidak ada hubungannya dengan komunisme. Lambang palu mewakili para buruh dan lambang arit mewakili para petani. Kejadian munculnya lambang ini ketika terjadi revolusi industri di Inggris yang menyebabkan golongan buruh dan petani menjadi terasingkan dan tertindas. Setelah revolusi ndustri sangat kental sekali diibaratkan lambang palu sebagai buruh dan lambang arit sebagai petani.
Munculnya simbol palu dan arit yang menyilang merupakan suatu peengkombinasian yang bertujuan untuk menghimpun dan mengkomunikasikan bersatunya golongan buruh dan petani ketika revolusi Bolshevik terjadi di Rusia tahun 1917. Simbol itu menjadi simbol perlawanan dan pemberontakan oleh kaum pekerja saat revolusi itu terjadi, bahkan hingga kini simbol palu dan arit yang menyilang ini tetap menjadi simbol perlawanan dan pemberontakan.
Semenjak digunakannya palu dan arit menjadi simbol-simbol komunis, setiap orang yang mengenakan simbol ini akan dianggap Komunis walaupun hanya menggunakannya sekedar untuk aksesoris saja. Berkibarnya globalisasi di zaman sekarang ini rupanya dikuti oleh mendunianya liberalisme yang merupakan suata faham yang menjadi lawan utama komunis. Dimana dalam iklim globalisasi ini disertai nilai-nilai kebebasan yang merupakan virus nilai kebebasan dari liberalisme negara Barat dan Amerika yang meruntut pada pengansumsian buruknya faham komunis. Dihembuskan bahwa faham komunis dan pengikutnya merupakan faham dan orang-orang yang radikal, frontal, dan keji. Hal ini rupanya berimbas kepada simbol silang palu dan arit.
Hadirnya simbol palu dan arit menyilang ini muncul di Indonesia ketika lahirnya PKI (Partai Komunis Indonesia). Di Indonesia simbol ini dianggap negatif akibat trauma masa lalu, dimana pada dekade 1960-an sejarah kelam bangsa ini yang terjadi dalam Gestok (Gerakan Satu Oktober) atau yang lebih dikenal dalam bahasa orde baru dengan nama G-30-S-PKI yang menelan banyak korban jiwa embuat citra komunis kian buruk dan menakutkan.
Trauma masa lalu itu rupanya berimbas juga pada simbol palu dan arit yang menyilang ini. Palu dan arit ini menjadi lebih teransumsikan sebagai komunisme yang negatif ketika PKI (Partai Komunis Indonesia) di era orde baru sangat didiskreditkan oleh pemerintahan Soeharto. Dimana PKI itu sebuah organisasi yang radikal, frontal, dan keji pula, sehingga para pengikutnya wajib dihukum dan disingkirkan. Asumsi saat orde baru terhadap PKI telah membuat simbol palu dan arit ini Nampak kian mematikan.
Hingga sekarang bagi siapa saja orang di Indonesia yang menggunakan simbol palu dan arit yang menyilang ini maka akan berurusan dengan pihak yang berwajib. Padahal sejatinya lambang ini merupakan simbol dari sebuah perlawanan terhadap penindasan. Jadi inilah kekuatan terhadap banyak tafsiran simbol yang sederhana dalam baik dan buruknya selalu terdapat dilematikanya meskipun tujuan utamanya mulia tapi karena sebuah salah langkah maka sejarah dan pengertiannya dapat dipermainkan dan dibelokkan.