Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Candi Borobudur dan Pengunjungnya

1 Mei 2012   08:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:53 370 0

Minggu, 22 April 2012 saya berkesempatan untuk mengunjungi Candi Borobudur di Kabupaten Magelang. Itu adalah kunjungan pertama saya setelah hampir 15 tahun. Banyak perubahan yang terjadi pada Borobudur, baik itu secara fisik maupun pengelolaannya. Secara fisik, saat ini terdapat beberapa stupa yang rusak. Perkiraan saya itu dikarenakan gempa yang mengguncang Jogja dan sekitarnya pada 2006 lalu, atau mungkin karena terkena abu vulkanik Merapi pada 2010 lalu. Secara pengelolaan, sekarang ada kebijakan bahwa pengunjung dilarang membawa makanan apapun ke dalam lokasi Candi Borobudur, hanya minuman yang diperbolehkan. Saat di pintu masuk pengunjung di sweeping, jika ditemukan makanan dalam bentuk apapun, maka makanan tersebut harus dititipkan pada petugas di pintu masuk. Pada awalnya saya merasa curiga dan kecewa pada kebijakan tersebut. Saya mengira bahwa kebijakan itu adalah semata kongkalikong antara pengelola dengan pengusaha makanan yang ada di dalam lokasi wisata. Namun setelah memasuki lokasi wisata, dugaan saya terbantahkan. Tidak ada penjual makanan di dalam lokasi wisata. Melihat situasi di dalan lokasi yang sangat bersih dari sampah, saya seketika mengerti maksud dari kebijakan tidak boleh membawa makanan tersebut. Oke, it’s really making sense. Jika diperbolehkan membawa makanan maka pengunjung cenderung untuk membuang sampah makanannya sembarangan. Masyarakat Indonesia masih sangat rendah kepeduliannya pada kebersihan, maka dari itulah diterapkan kebijakan yang “otoriter” tersebut. Sedikit intermezzo, mungkin berkaitan itu juga kondisi Indonesia dianggap lebih “baik” ketika dikuasai Orde Baru yang dikenal otoriter.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun