“Kenapa orang-orang berlari-lari mendorong tempat tidur gw?”
“Arrrgggh….. Perut gw sakit !!! “
“Ko… pandangan gw makin gelap"
“Ya Tuhan, aku akan mati…. Mama, mamahhh….””
Seorang pemuda bernama Bagas dibawa masuk ke dalam ruang UGD oleh tim medis, ketika memasuki ruangan UGD suster menyuruh Abon menunggu di luar. Sebelum keluar Abon meminta suster untuk mengambil handphone sahabatnya itu. Ia pun mendapatkannya dan segera mencari kata “Mama” di contact.
“Halo tante, Bagas di UGD….” Kata Abon sembari mengatur nafasnya yang terengah-engah
Setengah jam kemudian, mamanya Bagas datang dengan wajah ketakutan dan air mata menyelimuti wajahnya.
“Bon, Bagas dimana sekarang ?” setengah teriak ia mengucapkannya
“Di ruang UGD tante” kata Abon sambil menunjukan ruangan dengan telunjuknya
Sang ibu pun segera berlari menuju ruang UGD, namun ia dilarang masuk oleh susternya. Sempat ia berdebat dengan suster tersebut sambil berteriak-teriak memanggil nama Bagas namun suster dengan sabar menjelaskan bahwa Bagas saat ini sedang ditangani oleh dokter. Mama Bagas pun terdiam, ia pun berjalan lunglai kembali ke tempat Abon berada namun ia pun jatuh pingsan di lantai itu.
“Tante !” Seru Abon sambil berlari menuju mamanya Bagas
Abon pun memapah Mamanya Bagas bersama suster menuju bangku.
“Bon, kenapa Bagas bisa begini bon ?” Tanya Mamanya Bagas setengah siuman
“Kita berdua tadi dirampok tante, Bagas mencoba ngelawan tapi ditusuk perutnya pake peso ” kata Abon sambil memapah Mamanya Bagas
“Ya Tuhan….. Bagas….” Isak Mamanya Bagas sembari didudukan di bangku
Beberapa menit kemudian dokter keluar dari ruang UGD, segera ia pun dihampiri oleh Abon sambil menanyakan keadaan Bagas. Dokterpun menjelaskan bahwa Bagas sedang menjalani proses transfusi darah, kondisinya lemah karena kehilangan banyak darah, tapi anehnya tidak ada luka tikaman pisau di perutnya, hanya bajunya saja yang berdarah-darah di bagian perut.
Bagas dipindahkan ke dalam ruang perawatan. Ibunya Bagas dengan setia menunggu anak semata wayangnya itu seorang diri karena sebelumnya Abon ijin pamit untuk pulang. Doa-doa memohon kesembuhan anaknya terucap terus dari mulut wanita berumur 45 tahun itu.
Bagas akhirnya siuman dan membuka matanya.
“Aku masih hidup…. ?” Pikir Bagas sambil melihat sekeliling dengan matanya
“Bagas… kamu sudah sadar nak ? Syukurlah …” seru Mamanya menyambut terharu
“Mama ?” jawab Bagas kebingungan
Ibunya menceritakan apa yang terjadi kepada Bagas sebelum ia siuman. Sangat tampak bahwa sang ibu begitu mencemaskan keadaan anaknya yang berambut pendek itu. Bagas pun teringat bahwa telah ditikam dibagian perutnya, ia menjadi takut melihat perutnya sendiri, apakah ada lubang menganga disana ? Namun, ibu sambil tersenyum menenangkan kecemasan Bagas, ia menjelaskan bahwa perutnya baik-baik saja. Bahkan hasil foto rotsen tidak menunjukan kerusakan pada organ dalam perut Bagas. Bagas dengan pelan-pelan mengangkat bajunya sedikit demi sedikit dan ia tersenyum campur kaget bahwa perutnya baik-baik saja.
Keesokan harinya kondisi Bagas sudah membaik dan diperbolehkan pulang oleh dokter, mereka berdua dijemput oleh para kerabat mereka. Sesampainya di rumah Bagas, para kerabat pun pamit dan menasehati Bagas agar banyak-banyak istirahat. Di dalam kamar Bagas tidak bisa tidur, ia terus kepikiran kejadian perampokan yang dialaminya. Ia kesal perampok itu telah mengambil uangnya, dimana uang itu rencananya akan dibelikan smartphone idamannya. Uang yang didapat merupakan hasil tabungan dari uang jasa pengerjaan tugas kuliah teman-temannya yang malas mengerjakan tugas.
“Akhhh….. Bangsaaaattttttt !” hati Bagas berteriak sambil memukul tembok kamarnya
“Brakkkkkk !” suara tembok terdengar sangat keras
“Bagas ! Suara apa itu ? “ Teriak ibunya dari luar kamar sambil berlari menuju kamar Bagas
“Ga ada apa-apa mah” jawab Bagas sambil berusaha menutup tembok dengan poster bola
“Kamu kenapa ? Mama denger ada suara rebut-ribut ?” Tanya ibunya yang langsung memegang Bagas
“Ga ada apa-apa kok mah “ tegas Bagas sambil tersenyum
Melihat reaksi anaknya itu, ibunya sempat curiga namun akhirnya pergi meninggalkan Bagas di kamarnya. Setelah ibunya pergi, Bagas pun mencopot poster bolanya digunakan untuk menutup tembok yang dipukul tadi. Dan tampak jelas tembok yang terbuat dari campuran batako dan semen itu berlubang.
“Buset…. Pukulan gw kenceng banget. Aduh temboknya jebol lagi, gimana nambalnya ? Mama pasti marah. Ah nanti aja mikirnya deh, jadi penasaran sama pukulan super gw ini hehehehe. Baiklah kita coba diluar” pikir Bagas sambil senyum-senyum sendiri
Bagas pun berganti baju dan memakai jaket kesayangannya yang memiliki kupluk
“Mah… Bagas keluar dulu yah !” teriak Bagas pamit sambil menuju pintu rumahnya.
Bagas pun berlari menuju lapangan dekat rumahnya, namun ketika berlari Bagas merasakan hal yang aneh. Kecepatan larinya bertambah berkali-kali lipat. Ia pun menghentikan lajunya dan segera tampak senyum lebar di wajahnya Bagas. Ia mencubit pipinya sendiri guna menyadari bahwa keajaiban ini bukanlah mimpi.
“Ini bukan mimpi ! Asik, gw jadi superman ! Wuhuuuu ! ” teriak Bagas keras-keras sambil melompat kegirangan
Bersambung….