Tuhan maafkan aku, disini tidak ada warung kopi, yang ada hanyalah kerumunan orang – orang lalu lalang yang sibuk sekali. Sibuk bekerja, mencari uang katanya, berusaha memenuhi kehidupan hidupnya imbuhnya, yang ada malah menumpuk uang dan harta begitulah menurut dia alasannya. Maafkan aku, Tuhan. Disini tidak ada warung Kopi. Yang ada hanyalah bangunan – bangunan megah dan gedung – gedung tinggi. Bangunan – bangunan yang tak lagi tertata rapi, gedung – gedung menyeruduk menjulang tinggi, tinggi sekali. Lalu bagaimana aku bisa tetap menikmati setiap sesapan kopiku hingga ke dasar cangkir, Tuhan !
KEMBALI KE ARTIKEL